Thursday, November 5, 2009

GeNitaL WarTs (Kutil Kelamin)

GENITAL WARTS (KUTIL KELAMIN)

Salah satu penyakit seks menular (PMS) adalah kutil kelamin( Genital warts) atau disebut juga Condyloma Acuminata . Penyakit ini disebabkan oleh virus Human papillomavirus (HPV). Virus ini menyebabkan wabah kecil, daging segar seperti kutil berwarna kulit atau keabuan. Warts ini biasanya berkembang di daerah genital dan anal laki-laki dan perempuan. Mereka mungkin juga berkembang di mulut dan tenggorokan wilayah orang yang terlibat dalam oral seks dengan partner yang terinfeksi. Penyakit ini terjakit melalui kontak antar kulit bukan dari pertukaran cairan tubuh. Kondom dan metode penghalang lainnya dalam KB tidak akan mencegah infeksi HPV karena alasan tersebut. Kutil kelamin bisa menjangkit siapa pun, baik pria maupun wanita dan dapat terjadi di usia berapa pun.
Kebanyakan kasus kutil kelamin ditemukan pada mereka di usia 17 - 33 tahun. Kutil kelamin adalah penyakit yang sangat menular, bahkan terdapat 60% kemungkinan kutil kelamin ini tertular dari satu kali kontak seksual saja dengan seseorang yang sudah terlebih dahulu menderita dan kontak seksual tidak harus sama dengan atau berarti intercourse, bisa juga melalui route manual to genital alias menggunakan tangan atau sex toys. Seorang wanita yang memiliki HPV (human papillomavirus), virus yang menyebabkan kutil kelamin masih diperbolehkan untuk mempunyai anak. Ini karena kutil tersebut terletak diluar MissV dan rahim. Kutil Kelamin tidak berkaitan dengan kemampuan wanita untuk hamil. Bagaimanapun juga selama masa kehamilan, kutil kelamin bisa membesar dikarenakan pertambahan estrogen. Kutil pada dinding MissV akan membuat MissV menjadi kurang fleksibel and elastis. Sehingga disarankan untuk tidak menghilangkan kutil pada fase ini karena ada kemungkinan menganggu kelahiran. Operasi Cesar dianjurkan bagi para wanita hamil yang mengidap kutil kelamin.

Penyebabnya :
1. meningkatnya kegiatan seksual tanpa alat proteksi
2. berganti-ganti pasangan seks atau mulai aktif secara seksual sejak usia muda.
3. Melakukan hubungan seks dengan orang yang telah terjangkit
Penularannya dapat melalui :
1. melalui hubungan seks anal dan vaginal,
2. melalui hubungan seks oral dan selama foreplay
Cara Pengobatannya dengan :
1. cryolysis ,
2. keratolytica,
3. Laser; Perawatan tradisional untuk kutil kelamin lebih difokuskan pada upaya untuk menghentikan perkembangannya dengan menggunakan sinar laser. Proses ini harus dilakukan di RS atau klinik kesehatan.
4. operasi ekstirpasi,
5. imuno-therapi.
6. Vaksin HPV (Gardasil) telah diakui FDA sejak 2006 yang cocok digunakan pada gadis atau wanita usia 9-26 tahun. Vaksin ini telah terbukti aman dan 100% efektif untuk menghindari infeksi empat tipe HPV paling umum (6, 11, 16, dan 18) pada wanita yang belum terjangkit virus. Namun, vaksin ini kurang efektif untuk mereka yang sudah terinveksi HPV, dan ia tidak dapat melindungi dari semua tipe infeksi HPV. Saat ini masih dilakukan studi apakah vaksin ini juga aman bagi wanita yang lebih tua dan bagi laki-laki.
7. sedikit menahan aktivitas seksual sampai terapi selesai.

Sumber :
• http://www.ryntept.com/2009/01/genital-warts-site.html
• http://www.kapanlagi.com/a/kutil-kelamin-berbahayakah.html
• http://www.indonesiaindonesia.com/f/7302-mengenal-jauh-kutil-kelamin/
• http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20090604082632AAArZuv

Wednesday, November 4, 2009

fISIolOgi MikRObA PADa kONDisI eKstrIM

Pertumbuhan mikroba dipengaruhi oleh berbagai faktor, dan setiap mikroba membutuhkan kondisi pertumbuhan yang berbeda. Kondisi lingkungan yang mendukung dapat dapat memacu pertumbuhan dan reproduksi bakteri. Faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan reproduksi bakteri adalah suhu, kelembaban, dan cahaya. Jika ketiga faktor ini berada dalam kondisi yang normal maka bakteri dapat tumbuh dengan baik. Namun jika faktor-faktor pertumbuhan tersebut dalam kondisi yang tidak normal maka pertumbuhan bakteri pun akan terhambat. Hal inilah yang disebut sebagai keadaan atau kondisi ekstrim yang dihadapi oleh berbagai mikroorganisme.
Bakteri merupakan organisme kosmopolit yang dapat kita jumpai di berbagai tempat dengan berbagai kondisi di alam ini. Mulai dari padang pasir yang panas, sampai kutub utara yang beku kita masih dapat menjumpai bakteri.
Untuk File selengkapnYa, KLIK aja JuDuL di AtaS !!!!!

Tuesday, October 13, 2009

FISIOLOGI MIKROBA DALAM KONDISI EKSTREM

FISIOLOGI MIKROBA DALAM KONDISI EKSTREM
OLEH :

TRI YUNIATI




BAB I
PENDAHULUAN

Aktivitas mikroba dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungannya. Perubahan lingkungan dapat mengakibatkan perubahan sifat morfologi dan fisiologi mikroba. Faktor lingkungan yang mempengaruhi antara lain faktor-faktor abiotik (fisika dan kimia) antara lain suhu, tegangan permukaan, listik dan ion, getaran, radiasi, tegangan osmosis dan faktor biotik yaitu nutrisi, air, oksigen, dll.
Pertumbuhan mikroba memerlukan kisaran suhu tertentu. Suhu minimum adalah suhu terendah tetapi mikroba masih dapat hidup. Suhu optimum adalah suhu paling baik untuk pertumbuhan mikroba. Suhu maksimum adalah suhu tertinggi untukkehidupan mikroba.
Berdasarkan kisaran suhu pertumbuhanna, mikroba dapat dikelompokkan menjadi mikroba psikrofil (kriofil), mesofil, dan termofil. Psikrofil adalah kelompok mikroba yang dapat tumbuh pada suhu 0- 30˚C dengan suhu optimum 15˚C. Mesofil adalah kelompok mikroba pada umumnya, memiliki suhu minimum 15˚C, suhu optimum 25-37˚C dan suhu maksimum 45-55˚C.
Beberapa kelompok mikroba mampu bertahan hidup pada kondisi ekstrem dimana memiliki suhu yang relative lebih tinggi, dimana bakteri ini digolongkan menjadi bakteri termofil. Adapun fisiologi yang dimiliki oleh bakteri ini sehingga mampu bertahan pada kondisi ekstrem akan kita bahan lebih lanjut dalam makalah ini.







BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Fisiologi serta contoh bakteri termofil
Mikroba yang tahan hidup pada suhu tinggi dikelompokkan dalam mikroba termofil. Kelompok ini mempunyai suhu minimum 40˚C, suhu optimum pada suhu 55- 60˚C dan suhu maksimum untuk pertumbuhannya 75˚C. Untuk mikroba yang tidak tumbuhn di bawah suhu 30˚C dan mempunyai suhu pertumbuhan pada 60˚C, dikelompokkan ke dalam mikroba termofil obligat. Untuk mikroba termofil yang dapat tumbuh dibawah suhu 30˚C, dimasukkan ke dalam kelompok mikroba termofil fakultatif.
Mikroba ini dapat tahan pada kondisi ekstrem (suhu tinggi) sebab mempunyai membran sel yang mengandung lipida jenuh, sehingga memiliki titik didih yang tinggi. Selain itu di dalam DNA-nya mengandung guanin dan sitosin dalam jumlah yang relative besar, sehingga memungkinkan molekul DNA-nya tetap stabil pada kondisi dimana suhu tinggi. Selain itu mikroba ini mampu memproduksi protein yang termasuk enzim dimana, kelebihan enzim ini yakni tidak terdenaturasi pada kondisi suhu yang tinggi.
Salah satu contoh bakteri yang tahan terhadap kondisi suhu yang tinggi yaitu Thermus aquaticus merupakan jenis bakteri yang dapat mentolerir suhu tinggi, salah satu dari beberapa bakteri yang thermophilik. Kelompok Ini adalah sumber tahan panas enzim Taq DNA Polimerase, salah satu yang paling penting enzim dalam biologi molekular karena penggunaannya dalam polymerase chain reaction (PCR) teknik amplifikasi DNA.

Domain: Bakteri

Kingdom: Bakteri

Phylum: Deinococcus-Thermus

Class: Deinococci
Ordo: Thermales
Genus: Thermus
Species: T. aquaticus

Binomial Thermus aquaticus
Brock & Freeze, 1969
Bakteri ini tumbuh subur pada 70 ° C (160 ° F), tetapi dapat bertahan hidup pada suhu 50 ° C hingga 80 ° C (120 ° F hingga 175 ° F). Ini bakteri adalah chemotroph - itu melakukan chemosynthesis dalam rangka untuk mendapatkan makanan. Namun, sejak kisaran temperatur agak tumpang tindih dengan bahwa dari fotosintesis cyanobacteria yang berbagi lingkungan yang ideal, kadang-kadang ditemukan hidup dalam pertalian dengan negara tetangga, memperoleh energi untuk pertumbuhan dari fotosintesis.
• Enzim dari T. aquaticus aquaticus
T. aquaticus telah menjadi terkenal sebagai sumber enzim tahan panas, terutama "Taq" Polimerase DNA, seperti yang dijelaskan di bawah ini.
• Aldolase
Studi thermophilic ekstrem ini bakteri yang dapat tumbuh di kultur sel pada awalnya terpusat pada upaya untuk memahami bagaimana protein enzim (yang biasanya tidak aktif pada suhu tinggi) dapat berfungsi pada suhu tinggi di thermophiles. Bekukan tahun 1970 dan Brock menerbitkan sebuah artikel yang menggambarkan sebuah tahan panas aldolase enzim dari Thermus aquaticus.
• RNA polimerase
Pertama polimerase enzim diisolasi dari Thermus aquaticus pada tahun 1974, adalah DNA-dependent RNA polimerase, [6] yang digunakan dalam proses Transcription.
• Enzim restriksi Taq I
Sebagian besar mungkin ahli biologi molekular menyadari Thermus aquaticus pada akhir tahun 1970 atau awal 1980-an karena isolasi yang berguna endonuklease restriksi dari organisme ini. [7] Penggunaan istilah "Taq" untuk merujuk ke Thermus aquaticus muncul pada saat ini dari konvensi enzim restriksi memberi nama-nama pendek seperti Sal dan Hin, nama-nama yang berasal dari genus dan spesies dari organisme sumber.


Model molekuler Taq polimerase (PDB)
• DNA polimerase ( "Taq pol")
DNA polimerase pertama kali diisolasi dari Thermus aquaticus pada tahun 1976. Keuntungan pertama yang ditemukan untuk tahan panas (suhu optimal 80 ° C) DNA polimerase adalah bahwa itu bisa terisolasi dalam bentuk murni (bebas dari kontaminan enzim lainnya) daripada bisa DNA polimerase dari sumber lain. Kemudian, Kary Mullis dan peneliti lainnya di Cetus Corporation menemukan bahwa enzim ini dapat digunakan dalam polymerase chain reaction (PCR) proses untuk memperkuat segmen pendek DNA, menghilangkan keharusan untuk menambahkan enzim setelah setiap siklus denaturasi termal dari DNA. Enzim juga klon, sequencing,
dimodifikasi (untuk menghasilkan lebih pendek 'Stoffel Fragmen'), dan diproduksi dalam jumlah besar untuk penjualan komersial. Pada tahun 1989 Ilmu majalah bernama Taq polimerase sebagai yang pertama "Molekul of the Year". Pada tahun 1993, Dr Mullis dianugerahi Hadiah Nobel untuk karyanya dengan PCR.
• Enzim lainnya
Suhu optimum yang tinggi untuk Thermus aquaticus memungkinkan peneliti untuk mempelajari reaksi dalam kondisi yang kehilangan aktivitas enzim lainnyaEnzim lainnya diisolasi dari organisme ini meliputi DNA ligase, Alkaline Phosphatase, NADH oksidase, dehidrogenase Isositrat, Amylomaltase, dan selalu populer Fruktosa 1,6-bisphosphate-Dependent L-laktat dehidrogenase.
• Kontroversi
Penggunaan komersial enzim dari T. aquaticus belum aquaticus tanpa kontroversi. Setelah Dr Brock's studi, sampel organisme yang disimpan di Koleksi Budaya Tipe Amerika, repositori umum. Ilmuwan lain, termasuk yang di Cetus, yang diperoleh dari sana. Sebagai potensi komersial Taq Polimerase menjadi nyata pada 1990-an, yang National Park Service berlabel penggunaannya sebagai "Great Taq Rip-off." Para peneliti yang bekerja di Taman Nasional sekarang diharuskan menandatangani "berbagi keuntungan" perjanjian yang akan mengirim sebagian dari keuntungan kemudian kembali ke Park Service.




B. Aplikasi mikroba termofil
Mikroba yang senang bermukim di lingkungan air yang sangat hangat karena mendapat kelimpahan makanan yang tak lain adalah unsur selenium. Bakteri penyerap selenium ini ditemukan Novik selama dua tahun menjelajahi sumber air panas di Gunung Kerinci-Seblat Sumatera dan Dataran Tinggi Toraja di Sulawesi, serta Gunung Rinjani di Pulau Lombok, juga hasil survei ke Cibodas-Bogor dan Bali. Riset tersebut bertujuan untuk mencari sumber bahan aktif dan senyawa obat dari mikroba dan tumbuhan herba yang hidup di sana untuk mencegah dan mengobati kanker.
Berbagai jenis bakteri termofil tentunya akan banyak ditemukan di Indonesia, sebagai wilayah yang memiliki gunung berapi terbanyak di dunia. Keberadaan bakteri ini ditunjang oleh limpahan selenium di permukaan bumi sebagai akibat luapan magma pada masa lalu di daerah itu. Namun, sayangnya, kekayaan dan potensi hayati ini belum diteliti dan tergali.
Saat ini memang belum banyak penelitian selenium dalam tumbuhan dan mikroba di daerah vulkanis di Indonesia serta peranannya dalam pencegahan dan terapi kanker. Padahal, kanker diketahui masih merupakan pembunuh utama di Indonesia. "Sebagian besar bahan bioaktif farmasi atau produk jadinya sebagai obat antioksidan dan terapi kanker masih diimpor," papar Novik yang bergabung di LIPI pada tahun 2000.

BAB III
PENUTUP

III. Kesimpulan
Mikroba ini dapat tahan pada kondisi ekstrem (suhu tinggi) sebab mempunyai membran sel yang mengandung lipida jenuh, sehingga memiliki titik didih yang tinggi. Selain itu di dalam DNA-nya mengandung guanin dan sitosin dalam jumlah yang relative besar, sehingga memungkinkan molekul DNA-nya tetap stabil pada kondisi dimana suhu tinggi. Selain itu mikroba ini mampu memproduksi protein yang termasuk enzim dimana, kelebihan enzim ini yakni tidak terdenaturasi pada kondisi suhu yang tinggi.



Daftar Pustaka

http:// www.wikipedia.com
http://plantamor.com
http://studylink.com
http://apasihbiotek.com

PeRtuMbuHan MikRoBa..................!!!!!!

Pertumbuhan Mikroba
Mikroba merupakan mikroorganisme yang perlu diketahui kemampuannya untuk tumbuh dan hidup sebab beberapa di antaranya sering dimanfaatkan untuk keperluan penelitian.Sampai sekarang ini perkembangan ilmu pengetahuan terus menggali potensi apa yang terdapat di dalam mikriba, oleh karena itu perlu diketahui seluk beluk dari mikroba itu sendiri.Salah satunya yaitu factor- factor apa saja yang dapat mempengaruhi pertumbuhannya. Setiap mikrioba memiliki karakteristik kondisi pertumbuhan yang berbeda- beda Pertumbuhan bakteri pada kondisi yang optimum lebih cepat jika dibandingkan dengan jamur dan kaoang. Hal ini disebabkan karena bakteri memiliki struktur sel yang lebih sederhana, sehingga sebagian besar bakteri memiliki waktu generasi hanya sekitar 20 menit jika dibandingkan dengan khamir dan kapang yang struktur selnya lebih rumit dan waktu generasinya yang cukup lama.
Faktor- faktor yang mempegearuhi pertumbuhan mikroba antara lain :
1. Tingkat keasaman (PH)
Kebanyakan mikroba tumbuh baik pada pH sekitar netral dan pH 4,6 – 7,0 merupakan kondisi optimum untuk pertumbuhan bakteri, sedangkan kapang dan khamir tumbuh pada pH yang lebih rendah.
2. Suhu
Suhu merupakan salah satu factor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan mikroba. Setiap mikroba mempunyai kisaran suhu dan suhu optimum tertentu untuk pertumbuhannya. Berdasarkan kisaran suhu pertumbuhan, mikroba dibedakan atas tiga kelompok sbb :
• Psikrofil, yaitu mikroba yang mempunyai kisaran pertumbuhan pada suhu 0 – 20o C
• Mesofil, yaitu mikroba yang mempunyai kisaran suhu pertumbuhan 20 – 450 C
• Termofil, yaitu mikroba yang mempunyai suhu pertumbuhannya diatas 450 C
Kebanyakan mikroba perusak pangan merupakan mikroba mesofil, yaitu tumbuh baik pada suhu ruangan atau suhu kamar. Bakteri pathogen umumnya mempunyai suhu optimum pertumbuhan sekitar 370 C, yang juga adalah suhu tubuh manusia. Oleh karena itu suhu tubuh manusia merupakan suhu yang baik untuk pertumbuhan beberapa bakteri pathogen.
Mikroba perusak dan pathogen umumnya dapat tumbuh pada kisaran suhu 4 – 660 C.
3. Nutrient
Mikroba sama dengan makhluk hidup lainnya, memerlukan suplai nutrisi sebagai sumber energi dan pertumbuhan selnya. Unsur-unsur dasar tersebut adalah : karbon, nitrogen, hidrogen, oksigen, sulfur, fosfor, zat besi dan sejumlah kecil logam lainnya. Ketiadaan atau kekurangan sumber-sumber nutrisi ini dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroba
hingga pada akhirnya dapat menyebabkan kematian.Kondisi tidak bersih dan higinis pada lingkungan adalah kondisi yang menyediakan sumber nutrisi bagi pertumbuhan mikroba sehingga mikroba dapat tumbuh berkembang di lingkungan seperti ini. Oleh karena itu, prinsip daripada menciptakan lingkungan bersih dan higinis adalah untuk mengeliminir dan meminimalisir sumber nutrisi bagi mikroba agar pertumbuhannya terkendali.
4. Oksigen
Mikroba mempunyai kebutuhan oksigen yang berbeda-beda untuk pertumbuhannya. Berdasarkan kebutuhannya akan oksigen, mikroba dibedakan atas 4 kelompok sbb:
• Aerob, yaitu mikroba yang membutuhkan oksigen untuk pertumbuhannya
• Anaerob, yaitu mikroba yang tumbuh tanpa membutuhkan oksigen
• Anaerob fakultatif, yaitu mikroba yang dapat tumbuh dengan atau tanpa adanya oksigen
• Mikroaerofil, yaitu mikroba yang membutuhkan oksigen pada konsentrasi yang lebih rendah daripada konsentrasi oksigen yang normal di udara.
Mikroba perusak pangan sebagian besar tergolong aerob, yaitu membutuhkan oksigen untuk pertumbuhannya, kecuali bakteri yang dapat tumbuh pada saluran pencernaan manusia yang tergolong anaerob fakultatif,

Info: Methana di Mars Mungkin Hasil Aktivitas Mikroba

Dilaporkan dalam jurnal Icarus juga menemukan metanogen di lingkungan yang keras di Bumi. Para peneliti mempelajari lusinan tanah dan sampel uap dari lima gurun berbeda di Utah, Idaho, dan Kalifornia serta Kanada dan Chili. Di sekitar Stasiun Penelitian Gurun Mars, Utah, ditemukan tanda-tanda kehidupan metanogen. Sedangkan kandungan metan dalam sampel gas
300 kali lebih besar daripada tanah sekitarnya. Salah satu anggota tim Timothy Kral dari University of Arkansas, AS menyatakan bahwa lingkungan yang kering biasanya membinasakan bakteri jenis ini. "Jadi, menemukannya di area yang kering tidak pernah diperkirakan siapa pun
sebelumnya," katanya. Metanogen membutuhkan lingkungan anaerob (tanpa oksigen) untuk bertahan hidup serta kombinasi karbon dioksida dan hidrogen untuk menghasilkan energi. Sampel yang dikumpulkan Kral diperoleh dari lingkungan yang kemungkinan besar anaerob, yaitu lapisan kering pada kedalaman 70 centimeter di bawah gurun.
Permukaan Mars juga sangat kering, sehingga temuan tersebut mendukung dugaan bahwa kandungan metan yang ada di Mars mungkin dihasilkan oleh aktivitas mikroba. Tapi menurut Andrew Knoll, seorang ahli biogeokimia di Harvard University dan anggota tim ilmuwan wahana penjelajah Mars, metanogen mungkin tinggal

Tuesday, September 15, 2009

Pertumbuhan Mikroba
Mikroba merupakan mikroorganisme yang perlu diketahui kemampuannya untuk tumbuh dan hidup sebab beberapa di antaranya sering dimanfaatkan untuk keperluan penelitian.Sampai sekarang ini perkembangan ilmu pengetahuan terus menggali potensi apa yang terdapat di dalam mikriba, oleh karena itu perlu diketahui seluk beluk dari mikroba itu sendiri.Salah satunya yaitu factor- factor apa saja yang dapat mempengaruhi pertumbuhannya. Setiap mikrioba memiliki karakteristik kondisi pertumbuhan yang berbeda- beda Pertumbuhan bakteri pada kondisi yang optimum lebih cepat jika dibandingkan dengan jamur dan kaoang. Hal ini disebabkan karena bakteri memiliki struktur sel yang lebih sederhana, sehingga sebagian besar bakteri memiliki waktu generasi hanya sekitar 20 menit jika dibandingkan dengan khamir dan kapang yang struktur selnya lebih rumit dan waktu generasinya yang cukup lama.
Faktor- faktor yang mempegearuhi pertumbuhan mikroba antara lain :
1.Tingkat keasaman (PH)
Kebanyakan mikroba tumbuh baik pada pH sekitar netral dan pH 4,6 – 7,0 merupakan kondisi optimum untuk pertumbuhan bakteri, sedangkan kapang dan khamir tumbuh pada pH yang lebih rendah.
2.Suhu
Suhu merupakan salah satu factor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan mikroba. Setiap mikroba mempunyai kisaran suhu dan suhu optimum tertentu untuk pertumbuhannya. Berdasarkan kisaran suhu pertumbuhan, mikroba dibedakan atas tiga kelompok sbb :
•Psikrofil, yaitu mikroba yang mempunyai kisaran pertumbuhan pada suhu 0 – 20o C
•Mesofil, yaitu mikroba yang mempunyai kisaran suhu pertumbuhan 20 – 450 C
•Termofil, yaitu mikroba yang mempunyai suhu pertumbuhannya diatas 450 C

Kebanyakan mikroba perusak pangan merupakan mikroba mesofil, yaitu tumbuh baik pada suhu ruangan atau suhu kamar. Bakteri pathogen umumnya mempunyai suhu optimum pertumbuhan sekitar 370 C, yang juga adalah suhu tubuh manusia. Oleh karena itu suhu tubuh manusia merupakan suhu yang baik untuk pertumbuhan beberapa bakteri pathogen.
Mikroba perusak dan pathogen umumnya dapat tumbuh pada kisaran suhu 4 – 660 C.
3.Nutrient
Mikroba sama dengan makhluk hidup lainnya, memerlukan suplai nutrisi sebagai sumber energi dan pertumbuhan selnya. Unsur-unsur dasar tersebut adalah : karbon, nitrogen, hidrogen, oksigen, sulfur, fosfor, zat besi dan sejumlah kecil logam lainnya. Ketiadaan atau kekurangan sumber-sumber nutrisi ini dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroba
hingga pada akhirnya dapat menyebabkan kematian.Kondisi tidak bersih dan higinis pada lingkungan adalah kondisi yang menyediakan sumber nutrisi bagi pertumbuhan mikroba sehingga mikroba dapat tumbuh berkembang di lingkungan seperti ini. Oleh karena itu, prinsip daripada menciptakan lingkungan bersih dan higinis adalah untuk mengeliminir dan meminimalisir sumber nutrisi bagi mikroba agar pertumbuhannya terkendali.
4.Oksigen
Mikroba mempunyai kebutuhan oksigen yang berbeda-beda untuk pertumbuhannya. Berdasarkan kebutuhannya akan oksigen, mikroba dibedakan atas 4 kelompok sbb:
•Aerob, yaitu mikroba yang membutuhkan oksigen untuk pertumbuhannya
•Anaerob, yaitu mikroba yang tumbuh tanpa membutuhkan oksigen
•Anaerob fakultatif, yaitu mikroba yang dapat tumbuh dengan atau tanpa adanya oksigen
•Mikroaerofil, yaitu mikroba yang membutuhkan oksigen pada konsentrasi yang lebih rendah daripada konsentrasi oksigen yang normal di udara.
Mikroba perusak pangan sebagian besar tergolong aerob, yaitu membutuhkan oksigen untuk pertumbuhannya, kecuali bakteri yang dapat tumbuh pada saluran pencernaan manusia yang tergolong anaerob fakultatif,

Info: Methana di Mars Mungkin Hasil Aktivitas Mikroba

Dilaporkan dalam jurnal Icarus juga menemukan metanogen di lingkungan yang keras di Bumi. Para peneliti mempelajari lusinan tanah dan sampel uap dari lima gurun berbeda di Utah, Idaho, dan Kalifornia serta Kanada dan Chili. Di sekitar Stasiun Penelitian Gurun Mars, Utah, ditemukan tanda-tanda kehidupan metanogen. Sedangkan kandungan metan dalam sampel gas
300 kali lebih besar daripada tanah sekitarnya. Salah satu anggota tim Timothy Kral dari University of Arkansas, AS menyatakan bahwa lingkungan yang kering biasanya membinasakan bakteri jenis ini. "Jadi, menemukannya di area yang kering tidak pernah diperkirakan siapa pun
sebelumnya," katanya. Metanogen membutuhkan lingkungan anaerob (tanpa oksigen) untuk bertahan hidup serta kombinasi karbon dioksida dan hidrogen untuk menghasilkan energi. Sampel yang dikumpulkan Kral diperoleh dari lingkungan yang kemungkinan besar anaerob, yaitu lapisan kering pada kedalaman 70 centimeter di bawah gurun.
Permukaan Mars juga sangat kering, sehingga temuan tersebut mendukung dugaan bahwa kandungan metan yang ada di Mars mungkin dihasilkan oleh aktivitas mikroba. Tapi menurut Andrew Knoll, seorang ahli biogeokimia di Harvard University dan anggota tim ilmuwan wahana penjelajah Mars, metanogen mungkin tinggal

Sunday, September 6, 2009

WeLL DeSiGn (@daptasi) Rayap

WELL DESIGN (ADAPTASI) PADA RAYAP



1.Adaptasi Morfologi

•Rayap memiliki morfologi yang berbeda-beda sehingga memiliki system pembagian tugas seperti halnya rayap ratu memiliki ukuran yang lebih besar untuk menghasilkan anak, sedangkan rayap prajurit memiliki mulut bertipe penggigit dengan capit yang lebih besar.
2.Adaptasi Tingkah Laku

•Hewan rayap itu buta, untuk menemukan jalan dia membuat terowongan dari tanah yang dapat menuntunnya menuju ke tempat makanan atau sarangannya.
•Rayap mengalami pengelupasan kulit. Pada saat kulit mengelupas, usus bagian belakang ikut terkelupas, sehingga flagellata turut terbawa oleh usus. Untuk mendapatkan kembali flagellata tersebut, rayap biasanya memakan kembali kelupasan kulitnya.
•Berbeda dengan rayap dewasa, rayap yang baru menetas suka menjilati dubur rayap dewasa untuk mendapatkan flagellata.

3.Adaptasi Fisiologi
•Rayap adalah golongan serangga penghancur kayu. Rayap mempunyai enzim yang dapat mencerna kayu karena di dalam ususnya terdapat hewan flagellata yang mampu mencernakan kayu. Hewan flagellata mampu menghasilkan enzim selulose.


Sumber :
http://fajarimoet-fajar.blogspot.com
http://files.ictpamekasan.net
http://mengerjakantugas.blogspot.com

Saturday, September 5, 2009

HeRnIA ??

PEYAKIT HERNIA
Pengertian Penyakit Hernia
Berasal dari bahasa Latin, herniae, yaitu secara harfiah berarti robekan atau sering kita kenal dengan istilah “turun bero”. Dalam dunia medis hernia meupakan penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan.




Macam hernia :
• Menurut lokalisasi / topografinya :
 hernia inguinalis
 hernia umbilikalis
 hernia femoralis
• Menurut isinya :
 hernia usus halus,
 hernia omentum.
• Menurut keadaan :
 Hernia reponibilis : bila isi hernia dapat dimasukkan kembali.
 Hernia ireponibilis : bila tidak dapat dimasukkan kembali.
 Hernia inkarserata : bila tidak dimasukkan kembali dan ada gangguan
jalannya isi usus.
 Hernia strangulate : bila ada gangguan sirkulasi darah.
• Menurut Hama penemunya, seperti
 Hernia petit : hernia didaerah lumbo sacral.
 Hernia Spigellihernia: hernia yang terjadi pads linen semi sirkularis diatas
penyilangan vasa epigastrika inferior pada
muskulus rektus abdominatis bagian lateral.
 Hernia richter : hernia dimana hanya sebagian dinding usus yang terjepit.
• Beberapa hernia lainnya :
 Hernia pantolan :hernia inguinalis & hernia femoralis yang terjadi
pada satu sisi & dibatasi oleh vasa epigastrika inferior.
 Hernia scrotalis : hernia inguinalis yang isinya masuk ke scrotum
secara lengkap.
 Hernia littre : hernia yang isinya adalah divertikulum meckeli.
Penyebab Penyakit Hernia
Penyebab penyakit hernia dapat diakibatkan beberapa hal seperti :
1.Kongenital
Kelemahan pada otot merupakan salah satu factor resiko yang berhubungan dengan factor peningkatan tekanan intra abdomen. Kelemahan otot tidak dapat dicegah dengan cara olah raga atau latihan-latihan
2.Obesitas
Obesitas salah satu penyebab peningkatan tekanan intra abdomen karena banyaknya lemak yang tersumbat dan perlahan-lahan mendorong peritoneum. Hal ini dapat dicegah dengan pengontrolanberat badan.
3.Ibu Hamil
Pada ibu hamil tekanan intra abdomen meningkat terutama pada daerah rahim dan sekitarnya.
4.Mengedan
Mengedan dapat menyebabkan peningkatan tekanan intra abdomen.
5. Pengangkatan beban berat
mengangkat beban berat sehingga terjadi peningkatan tekanan abdomen yang mengakibatkan rusaknya integritas dinding otot perut dan dapat menyebabkan terdorong keluar suatu organ karena defek dan timbulnya tonjolan pada organ.

Tanda dan Gejala Penyakit hernia
1. Hernia reponible tanda dan gejalanya:
• Pasien merasa tidak enak di tempat penonjolan
• Ada penonjolan di salah satu lokasi abdomen misalnya inguinal, femoralis dan lain-lain. Benjolan timbul saat mengejan BAB, mengangkat beban berat ataupun saat aktivitas berat dan hilang pada waktu istirahat baring.
• Kadang-kadang perut kembung.
• Apabila terjadi perlengketan pada kantung hernia dan isi hernia maka tidak dapat dimasukkan lagi (ireponibel).
2. Hernia inkarserata, tanda dan gejalanya :
• Adanya gambaran obstruksi usus dimana pasien mengalami obstipasi, muntah, tidak flatus, perut kembung dan dehidrasi.
• Terjadi gangguan keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa.
• Bila lelah terjadi strangulasi. Pasien mengalami nyeri hebat di daerah hernia, dimana nyeri menetap karena rangsangan peritoneum. Pada pemeriksaan local ditemukan benjolan yang tidak dapat dimasukkan lagi diserta nyeri tekan dan tergantung keadaan isi hernia.
• Dapat dijumpai tanda peritonitis atau terjadi abses local, keadaan ini merupakan keadaan gawat darurat dan memerlukan pertolongan segera.
Pengobatan/Pencegahan Penyakit Hernia
Biasanya tidak diperlukan pemeriksaan tambahan untuk menegakkan diagnosis hernia. Namun pemeriksaan seperti ultrasonografi (USG), CT scan, maupun MRI dapat dikerjakan guna melihat lebih lanjut keterlibatan organ-organ yang “terperangkap” dalam kantung hernia tersebut. Pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan untuk kepentingan operasi.

Penatalaksanaan hernia dibagi menjadi 2, konservatif dan operatif. Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan pengembalian posisi (dengan cara mendorong masuk tonjolan yang ada secara manual) dan pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi. Pengurangan hernia secara non-operatif dapat segera dilakukan dengan berbaring, posisi pinggang ditinggikan, lalu diberikan analgetik (penghilang rasa sakit) dan sedatif (penenang) yang cukup untuk memberikan relaksasi otot. Perbaikan hernia terjadi jika benjolan berkurang dan tidak terdapat tanda-tanda klinis strangulasi.
Penggunaan bantalan penyangga hanya bertujuan menahan hernia yang telah direposisi dan tidak pernah menyembuhkan sehingga harus dipakai seumur hidup. Hal ini biasanya dpilih jika kita menolak dilakukan perbaikan secara operasi atau terdapat kontraindikasi terhadap operasi. Cara ini tidak dianjurkan karena menimbulkan komplikasi, antara lain merusak kulit dan tonus otot dinding perut di daerah yang tertekan sedangkan strangulasi tetap mengancam. Pada anak-anak cara ini dapat menimbulkan atrofi (pengecilan) testis karena tekanan pada tali sperma yang mengandung pembuluh darah testis. Penggunaan penyangga tidak menyembuhkan hernia. Operasi merupakan penatalaksanaan rasional hernia inguinalis, terutama jenis yang strangulasi. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan.
Banyak pasien hernia inguinal yang memiliki gejala minimal. Menurut sebuah penelitian pada pasien ini observasi dapat menjadi pilihan yang baik, karena pasien dengan gejala minimal jarang menyebabkan komplikasi akut. Penundaan operasi hingga gejala memberat dinyatakan aman.
Jika kita ingin berhasil dalam menangani hernia, ada dua hal yang perlu diperhatikan. Pertama adalah penanganan semua faktor risiko yang telah disebutkan diatas, dan kedua adalah celah yang ada diperbaiki secara maksimal. Namun, walaupun telah dilakukan operasi, hernia dapat timbul kembali (rekuren). Hernia yang berulang dalam hitungan bulan atau tahun biasanya menandakan perbaikan yang tidak sempurna, seperti kegagalan dalam menutup celah pada dinding perut. Rekurensi dalam 2 tahun lebih biasanya terjadi akibat perlemahan dinding perut kita sendiri. Sedangkan rekurensi berulang setelah perbaikan yang benar dan dilakukan oleh dokter bedah berpengalaman biasanya terjadi akibat kelainan pada pembentukan kolagen pada tubuh kita sendiri.
Penatalaksanaan pasien dengan hernia rekuren dilakukan dengan menggunakan prostetik material, karena pada berbagai penelitian terbukti sukses mengurangi rekurensi, mengurangi biaya operasi, mengurangi waktu perawatan, dan memperbaiki kualitas hidup pasien. Selain itu juga dapat mengurangi nyeri pasca operasi.
Operasi hernia dapat dilakukan secara laparoskopi (semi tertutup). Menurut beberapa penelitian dinyatakan metode ini memiliki hasil yang lebih baik daripada operasi anterior konvensional (terbuka). Penelitian menyatakan bahwa perbaikan hernia inguinal secara laparoskopi lebih nyaman (pasien mengalami nyeri pre dan post operatif yang lebih rendah) dibandingkan operasi terbuka dan pemulihan pasien lebih cepat. Selain itu angka rekurensi pada metode laparoskopi lebih rendah daripada pasien yang menjalani operasi anterior konvensional. Namun kekurangannya ialah waktu operasi yang sedikit lebih panjang, penggunaan anestesi umum, dan biaya yang lebih mahal.

EvoLusi Katak


EVoluSi KaTak




Evolusi mempengaruhi setiap aspek dari bentuk dan perilaku organisme. Yang paling terlihat adalah adaptasi perilaku dan fisik yang diakibatkan oleh seleksi alam. Adaptasi-adaptasi ini meningkatkan kebugaran dengan membantu aktivitas seperti menemukan makanan, menghindari predator, dan menarik lawan jenis. Organisme juga dapat merespon terhadap seleksi dengan berkooperasi satu sama lainnya, biasanya dengan saling membantu dalam simbiosis. Dalam jangka waktu yang lama, evolusi menghasilkan spesies yang baru melalui pemisahan populasi leluhur organisme menjadi kelompok baru yang tidak akan bercampur kawin.
Akibat evolusi kadang-kadang dibagi menjadi makroevolusi dan mikroevolusi. Makroevolusi adalah evolusi yang terjadi pada tingkat di atas spesies, seperti kepunahan dan spesiasi. Sedangkan mikroevolusi adalah perubahan evolusioner yang kecil, seperti adaptasi yang terjadi dalam spesies atau populasi. Secara umum, makroevolusi dianggap sebagai akibat jangka panjang dari mikroevolusi. sehingga perbedaan antara mikroevolusi dengan makroevolusi tidaklah begitu banyak terkecuali pada waktu yang terlibat dalam proses tersebut Namun, pada makroevolusi, sifat-sifat keseluruhan spesies adalah penting. Misalnya, variasi dalam jumlah besar di antara individu mengijinkan suatu spesies secara cepat beradaptasi terhadap habitat yang baru, mengurangi kemungkinan terjadinya kepunahan. Sedangkan kisaran geografi yang luas meningkatkan kemungkinan spesiasi dengan membuat sebagian populasi menjadi terisolasi. Dalam pengertian ini, mikroevolusi dan makroevolusi dapat melibatkan seleksi pada tingkat-tingkat yang berbeda, dengan mikroevolusi bekerja pada gen dan organisme, versus makroevolusi yang bekerja pada keseluruhan spesies dan mempengaruhi laju spesiasi dan kepunahan.
Terdapat sebuah miskonsepsi bahwa evolusi bersifat "progresif", namun seleksi alam tidaklah memiliki tujuan jangka panjang dan tidak perlulah menghasilkan kompleksitas yang lebih besar. Walaupun spesies kompleks berkembang dari evolusi, hal ini terjadi sebagai efek samping dari jumlah organisme yang meningkat, dan bentuk kehidupan yang sederhana tetap lebih umum.Sebagai contoh, mayoritas besar spesies adalah prokariota mikroskopis yang membentuk setengah biomassa dunia walaupun bentuknya yang kecil,serta merupakan mayoritas pada biodiversitas bumi.Organisme sederhana oleh karenanya merupakan bentuk kehidupan yang dominan di bumi dalam sejarahnya sampai sekarang. Kehidupan kompleks tampaknya lebih beranekaragam karena ia lebih mudah diamati.
Sebuah fosil berusia 280 juta tahun yang berasal dari spesies
katak yang telah punah. Skenario evolusi juga mengatakan bahwa ikan, yang berevolusi dari invertebrata, di kemudian hari merubah diri mereka sendiri menjadi amfibi yang dapat hidup di darat. (Amfibi adalah hewan yang dapat hidup di darat dan di air, seperti katak).
Katak awalnya dilahirkan di air, hidup di sini untuk beberapa saat, dan kemudian muncul di darat setelah menjalani proses yang dikenal dengan “metamorfosis”. Sejumlah orang beranggapan bahwa metamor-fosis adalah bukti evolusi, padahal keduanya tidak ada kaitannya satu sama lain. Satu-satunya mekanisme perkembangan yang dikemuka-kan oleh evolusi adalah mutasi. Metamorfosis tidak muncul akibat peristiwa kebetulan sebagaimana mutasi.Sebaliknya, perubahan ini diha-silkan oleh kode genetik dalam katak. Dengan kata lain, fakta telah membuk- tikan bahwa ketika seekor katak lahir, ia akan memiliki tubuh yang memungkinkannya
hidup di darat. Klaim para evolusionis tentang perpindahan dari air ke darat mengatakan bahwa ikan, dengan kode genetik yang secara khusus dirancang untuk kehidupan di air, berubah menjadi makhluk darat sebagai hasil dari mutasi acak dan kebetulan. Namun, dengan alasan ini, sesungguhnya metamorfosis malah meruntuhkan teori evolusi daripada mendukungnya. Sebab kesalahan terkecil dalam proses metamorfosis berarti kematian atau cacat bagi organisme
tersebut. Sangatlah penting bagi metamorfosis untuk berlangsung secara sempurna. Adalah mustahil jika proses serumit ini, yang tidak memberi peluang bagi kesalahan, untuk terjadi melalui mutasi acak dan kebetulan sebagaimana pernyataan evolusi. Pada kenyataannya, metamorfosis adalah sebuah keajaiban yang mengungkapkan kesempurnaan dalam penciptaan.
Melalui metamorfosis, katak mengalami perubahan bentuk. Di akhir perubahan yang sempurna ini, mereka menjadi teradaptasi untuk hidup di darat.






Sebuah pemandangan Permian awal, dengan Gerobatrachus hottoni mengejar mayfly Protoreisma antara tanaman2 Calamites dan dibawah sebuah reruntuhan Walchia conifer. (Credit: Michael Skrepnick)


ScienceDaily (May 21, 2008) — Deskripsi amfibi purba yang jutaan tahun lalu berenang di kolam yang tenang dan menangkap mayfly di tanah sekitarnya di Texas telah menghentikan salah satu kontroversi terbesar dalam evolusi vertebrata. Penemuan ini di buat oleh tim peneliti yang di pimpin ilmuan2 dari University of Calgary.
Fosil Gerobatrachus memberikan pemahaman yang jauh lebih penuh atas asal usul dan evolusi amfibi modern. Tengkorak, tulang belakang dan gigi dari Gerobatrachus merupakan campuran dari fitur katak dan salamander--fosil memiliki dua tulang menyatu di lutut, yang normalnya ada pada salamander, dan sebuah telinga timpanik sangat besar (gendang telinga). Ia juga memiliki tengkorak yang ringan dan lebar seperti katak. Tulang belakangnya tepat merupakan intermediat antara katak dan salamander modern dan primitif.
Katak jelas berbeda dengan salamander. Tetapi, keduanya memiliki kemiripan, yakni bisa hidup di air dan darat dan memiliki empat kaki. Namun, yang ditemukan kali ini sungguh menakjubkan karena merupakan perpaduan keduanya.
Para peneliti Kanada telah menemukan fosil berusia 290 juta tahun yang disebut frogamander. Nama itu mengacu pada kata frog atau katak dan salamander. Temuan tersebut diharapkan memberi petunjuk mengenai nenek moyang katak dan salamander yang merupakan hewan amfibi itu.
Amfibi modern-katak, salamander, dan caecilian serupa cacing-merupakan hewan-hewan yang diduga memiliki hubungan kekerabatan. Namun, ketiadaan catatan fosil yang menunjukkan perkembangan evolusi mereka menjadi bahan perdebatan di ranah ilmu pengetahuan.
Temuan fosil Gerobatrachus hottoni atau "katak tua" yang dideskripsikan dalam jurnal Nature mungkin menjadi satu-satunya petunjuk yang ada mengenai kekerabatan keduanya.
"Ini adalah mata rantai yang hilang antara fosil purba dan fosil modern yang menjadi nenek moyang hewan-hewan amfibi itu," ujar Jason Anderson dari University of Calgary yang memimpin penelitian. "Inilah yang kita sebut sebagai katak-salamander."
Gerobatrachus memiliki bentuk antara katak dan salamander, dengan tulang pergelangan kaki serupa dengan tulang salamander, tengkorak lebar serupa katak, dan tulang belakang yang serupa perpaduan keduanya.
Fosil tersebut memunculkan dugaan bahwa amfibi modern mungkin berasal dari dua kelompok, di mana katak dan salamander berasal dari amfibi purba yang disebut temnospondyl, sementara caecilian serupa cacing adalah keturunan lepospondyls.
Gerobatrachus hottoni sendiri ditemukan di Texas tahun 1995 oleh tim peneliti dari Institusi Smithsonian, yang salah satu anggotanya adalah almarhum Nicholas Hotton. Dari situlah fosil tersebut diberi nama.
Pekerjaan tim yang dilanjutkan oleh Anderson kemudian berhasil memunculkan anatomi fosil itu secara penuh. "Fosil tersebut nyaris lengkap," ujar Anderson. "Ia mati dalam posisi terlentang. Kaki-kakinya terlipat di bagian perut."
Walau masih menjadi perdebatan yang harus dibuktikan melalui lebih banyak temuan, Anderson yakin penemuan ini akan memberi petunjuk untuk menjawab pertanyaan apakah katak dan salamander memiliki nenek moyang sama yang lebih modern dibanding perkiraan sebelumnya.





KATAK RACUN

ScienceDaily (Mar. 10, 2009) — Katak racun berwarna di Amazon mendapatkan keanekaragamannya yang besar pada leluhur yang melompat ke daerah ini dari pegunungan Andes beberapa kali pada 10 juta tahun terakhir, sebuah studi baru dari University of Texas at Austin menunjukkannya Ini adalah studi pertama untuk menunjukkan kalau Andes telah menjadi sumber utama keanekaragaman di lembah Amazon, salah satu oasis terbesar keanekaragaman hayati di bumi. Penemuan ini melawan gagasan kalau keanekaragaman Amazon adalah hasil dari evolusi hanya dalam hutan tropis itu sendiri.
"Pada dasarnya, lembah Amazon adalah tempat pencairan untuk katak amerika selatan," kata mahasiswa Juan Santos, pengarang utama studi ini. "Katak racun memiliki beberapa tempat asal, yang jelas di pegunungan andes, selama jutaan tahun. Kami menunjukkan kalau anda tidak dapat memahami keanekaragaman Amazon dengan hanya melihat pada lembah ini. Daerah sekitarnya juga berperan penting."Santos dan Dr. David Cannatella, professor biologi integratif, menerbitkan penemuannya bulan ini di jurnal PLoS Biology. Telah lama dianggap kalau banyak evolusi keanekaragaman hayati di lembah amazon terjadi pada satu hingga dua juta tahun terakhir, sebuah waktu yang singkat. Santos dan Cannatella mengintip ke sekitar 45 juta tahun lalu memakai teknik biogeografis terbaru untuk menciptakan sejarah evolusi mendalam dari katak racun dalam ruang waktu. Karena tidak adanya catatan fosil yang banyak untuk hutan tropis, karya mereka berdasarkan terutama pada barisan DNA untuk menemukan sejarah evolusi katak.
Katak racun, atau dendrobatidae, beragam dan tersebar luas di Neotropik, sebuah wilayah yang meliputi Amerika tengah dan selatan. Para ilmuan membuat sebuah pohon evolusi, atau filogeni, memakai 223 dari 353 spesies katak racun yang diketahui dari daerah ini.
Dalam menganalisa hubungan evolusi pada katak racun, mereka menemukan kalau keanekaragaman Amazon adalah hasil dari setidaknya 14 dispersal dari katak purba pada daerah ini berawal dari sekitar 23 juta tahun lalu. Semua katak racun amazon yang hidup berevolusi dari leluhur-leluhur ini, sebagian besar (11 dispersal) datang dari pegunungan Andes.
Lembah Amazon telah berubah dramatis pada waktu itu. Sebuah sistem air dalam daratan raksasa telah muncul dan lenyap, penunungan Andes memulai terangkat (sekitar 15 juta tahun lalu) dan Sungai Amazon terbentuk (sekitar 9 juta tahun lalu).
Sebagian besar dispersal katak dari Andes terjadi antara satu dan 7 juta tahun lalu, saat hutan tropis modern dari lembah Sungai Amazon terbentuk.
"Ada dispersal berulang pada katak dari kaki gunung Andes setelah daratan basah dalam benua yang luas tertarik dari Amazon," kata Santos.
Katak-katak kemudian berevolusi menjadi sekitar 70 spesies yang ditemukan sekarang di lembah Amazon.
Sumber :
• blog.unila.ac.id/pendra/category/nenek-moyang-katak/
• faktaevolusi.blogspot.com/.../keanekaragaman-amfibi-amazon-terlacak.html –
• www. Wiki dot/katak racun/pohon evolusi katak/
• www.wikipedia.com/org/evolusi/
• bluefarm forum.blogspot.com/fosil katak evolusi ditemukan/

Monday, August 10, 2009

KEPEKAAN MIKROBA TERHADAP ANTIMIKROBA

BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Mikroorganisme adalah makhluk hidup yang memiliki aktivitas yang berupa tumbuh dan berkembang. Kadang kala pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisme ini terganggu. Hal ini dapat dipengaruhi baik dari mikroba itu sendiri ataupun dari luar. Salah satu pengaruh yang paling berkompoten adalah antimikroba (Gobel, 2008)..
Anti mikroba adalah senyawa yang dapat menghambat atau membunuh mikroorganisme hidup. Senyawa yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri disebut bakteriostatik dan yang dapat membunuh bakteri disebut bakterisida. Atau dengan kata lain disebut juga antiboitika yaitu bahan-bahan yang bersumber hayati yang pada kadar rendah sudah menghambat pertumbuhan mikroorganisme hidup (Gobel, 2008)..
Antimikroba selain diperoleh dari bahan-bahan sintetik akhir-akhir ini banyak ditemukan berbagai macam antimikroba dari bahan alam seperti pada tanaman, rempah-rempah atau dari mikroorganisme (Gobel, 2008).
Akan tetapi mikroorganisme memilki kepekaan yang spesifik terhadap zat antimikroba. Kadang kala suatu mikroba peka terhadap suatu mikroba tetapi tidak peka terhadap antimikroba lain. Oleh karenanya dilakukanlah percobaan kali ini guna mengetahui kepekaa mikroba terhadap antimikroba yang dalam hal ini digunakan antimikroba yang berasal dari tanaman dan larutan antibiotik.


I.2 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah :
Untuk mengetahui kepekaan mikroba terhadap antimikroba yang berasal dari tanaman dan antibiotik, serta untuk mengukur zona hambatan.


I.3 Waktu dan Tempat Percobaan
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu, 26 Maret 2009, pukul 14.00- 17.30 WITA dan bertempat di Laboratorium Mikrobiologi, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Antimikroba adalah senyawa yang dapat menghambat atau membunuh mikroorganisme hidup. Senyawa yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri disebut bakteriostatik dan yang membunuh bakteri disebut bakteriosida (Gobel, 2008).
Suatu zat antimikroba yang ideal memiliki toksisitas tidak membahayakan inang. Toksisitas selektif dapat berupa fungsi dari suatu reseptor khusus yang dibutuhkan untuk perlekatan obat atau dapat bergantung pada penghambatan proses biokimia yang penting untuk parasit tetapi tidak untuk inang (Gobel, 2008).
Kebanyakan antibiotika ditemukan pada pelaksanaan “program penapisan”. Program demikian yang dimulai dengan pengapungan dalam cuplikan tanah melalui tahap sampai percobaan hewan. Pada uji deretan pengenceran, antibiotika diencerkan dengan larutan biak yang telah ditanami dengan kuman uji menurut tahapan pengenceran (Gobel, 2008).
Kebanyakan organisme aerob yang mengoksidasi karbohidrat menjadi karbondioksida dan air menggunakan daur asam sitrat untuk oksidasi akhir asetat. Bakteri mampu mengurai berbagai senyawa yang mencakup karbohidrat, protein, asam nukleat dan lemak (Gobel, 2008).
Selama fermentasi berlangsung, hasil antara yang terjadi karena katabolisme suatu substrat organik (seperti glukosa) bertindak sebagai penerima elektron terakhir, yang demikian diperoleh hasil fermentasi yang stabil.Suatu zat antibiotik kemoterapeutik yang ideal hendaknya memiliki sifat-sifat sebagai berikut (Fardiaz, 1992) :
1. Harus mempunyai kemampuan untuk merusak atau menghambat mikroorganisme patogen
spesifik. Makin besar jumlah dan macam mikroorganisme yang dipengaruhi, makin
baik. Antibiotik berspektrum luas efektif terhadap banyak spesies.
2. Tidak mengakibatkan berkembangnya bentuk-bentuk resisten parasit.
3. Tidak menimbulkan efek sampingan yang tidak dikehendaki pada inang, seperti
reaksi alergis, kerusakan pada saraf, iritasi pada ginjal atau saluran
gastrointestin.
4. Tidak melenyapkan flora mikrobe normal pada inang. Gannguan terhadap flora normal
dapat mengacaukan “keseimbangan alamiah”, sehingga memungkinkan mikrobe yang
biasanya non patogenik atau bentuk-bentuk patogenik yang semula dikendalikan oleh
flora normal, untuk menimbulkan infeksi baru. Penggunaan antibiotik berspektrum
luas
untuk waktu lama misalnya dapat melenyapkan flora bakteri normal tetapi tidak melenyapkan Monilia (cendawan) dari saluran pencernaan. Dalam keadaan demikian Monilia dapat menimbulkan infeksi.
5. Harus dapat diberikan melalui mulut tanpa diinaktifkan oleh asam lambung, atau
melalui suntikan (parenteral) tanpa terjadi pengikatan dengan protein darah.
6. Memiliki taraf kelarutan yang tinggi dalam zat alir tubuh.

Berdasarkan mekanisme kerjanya dapat digolongkan menjadi (Bibiana, 1992) :
1. Penghambatan pertumbuhan oleh analog
Dalam kelompok ini termasuk sulfonamida. Pada umumnya bakteri memerlukan para-aminobensoat (PABA) untuk sintesis asam folat yang diperlukan dalam sintesis purin. Sulfonamida memiliki struktur seperti PABA, sehingga penggunaan sulfonamida menghasilkan asam folat yang tidak berfungsi.
2. Penghambatan sintesis dinding sel
Perbedaan struktur sel antara bakteri dan eukariot menguntungkan bagi penggunaan bahan antimikrobial. Penicilin dan Cephalosporin sebagai contoh klasik. Kedua antibiotik ini menyebabkan penghambatan pada pembentukan iakatan sebrang silang.
Pada konsentrasi rendah, penicillin menghambat pembentukan ikatan glikosida, sehingga pembentukan dinding sel baru akan terganggu . Sebagai akibat terlihat bakteri dengan bentuk sel yang panjang tanpa dinding sekat. Pada konsentrasi tinggi, ikatan sebrang silang terganggu dan pembentukan dinding sel terhenti. Penghambatan pembentukan ikatan sebrang silang disebabkan kedua antibiotik tersebut merupakan analog dari D-ala.
Peptodoglikan yang merupakan sasaran utama kedua antibiotik ini tidak ditemukan pada eukariot, sehingga efek toksiknya tidak ada pada inang.
3. Penghambatan fungsi membran sel
Membran sel bakteri dan fungi dapat dirusak oleh beberapa bahan tertentu tanpa merusak sel inang. Polymxin berdaya kerja terhadap bakteri Gram-negatif, sedangkan antibiotik polyene terhadap fungi. Namun demikian penggunaan keduan antibiotik ini tidak dapat ditukar balik. Ini berarti bahwa polymixin tidak berdaya kerja terhadap fungi. Hal ini disebabkan karena membran sel bakteri pada umumnya tidak mengandung sterol, sedangkan pada fungi ditemukan sterol. Polyene harus bereaksi dengan sterol dalam membran sel fungi sebelum memp[unyai kemampuan merusak membran.
4. Penghambatan Sintesis protein
Kebanyakan antibiotic ditemukan pada pelaksanaan "program penapisan ". program demikian yang dimulai dengan pengapungan dalam cuplikan tanah melalui tahap sampai percobaan hewan. Pada uji deretan pengenceran, antibiotic diencerkan dengan larutan biak yang telah ditanami dengan kuman uji menurut tahap pengenceran.
Antibiotik-antibiotik ini pertama ditemukan secara kebetulan karena membentuk cincin-cincin hambatan. Di atas cawan agar biak yang ditumbuhi secara padat dengan kuman uji nampak terjadi pertumbuhan disekeliling koloni fungi atau streptomiset; antibiotika yang berdifusi ke luar koloni ke dalam agar dan mengakibatkan pembentukan cincin-cincin hambatan di dalam lapangan pertumbuhan bakteri yang padat. Sebagai kuman uji digunakan mikroorganisme yang representative. Uji kualitatif dari pembuat antibiotic sudah terpenuhi dengan menumbuhkannya dipusat sebuah lempengan agar biak dengan masing-masing bakteri indicator yang dioleskan secara radial. Sesudah inkubasi dapat diketahui spectrum pengaruh antibiotic dengan manilai besarnya hamabatan pertumbuhan dari masing-masing organisme indicator. Dengan menilik pengaruhnya terhadap gram positif dan negative, terhadap ragi, dermatofit dan mikroorganisme lain, antiniotik menunjukkan perbedaan-perbedaan karakter istik (Schlegel, 1994).
Sebelum suatu antibiotidigunakan untuk keperluan pengobatan, maka terlebih dahulu antibiotic diuji terhadap spesies bakteri tertentu. Pada medium agar yang telah disebari spesies bekteri tertentu diletakkan beberapa konsentrasi tertentu. Jika sudah 24 jam, kemudian tidak nampak pertumbuhan bakteri maka hal demikian berarti bakteri itu tersekik pertumbuhannya oleh antibiotic yang terkandung dalam kepingan kertas. Besar kecilnya daerah kosong sekitar kepingan kertas sesuai dengan konsentrasi antibiotic yang terkandung di dalamnya. Zat-zat yang dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri dapat dibagi atas garam-garam logam, fenol dan senyawa-senyawa lain yang sejenis, formaldehid, alcohol, yodium, klor dan persenyawaan klor, zat warna, detergen, sulfonamide dan antibiotik (Dwijoseputro, 1989)..
Antibiotik yang efektif bagi spesies bakteri baik kokus, basil maupun spiral dikatakan mempunyai spectrum luas. Penicillin hanya efektif untuk memberantas terutama jenis kokus oleh karena itu penisilin dikatakan mempunyai spektrum luas (Dwijoseputro, 1989).
Banyak faKtor dan keadaan dapat mempengaruhi penghambatan atau pembasmian mikroorganisme oleh bahan atau proses antimikrobial. Kesemua ini harus dipertimbangkan bagi efektifnya penerapan praktis metode-metode pengendalian (Pelczar, 1988).


BAB III
METODOLOGI
III.1.1 Alat
Alat yang digunakan yaitu botol pengencer, pipet tetes, cuvet, autoklaf, corong, timbangan OHAUS, sentrifus, enkas, cawan petri, sendok tanduk, lampu spirtus, rak tabung, botol fial, Laminary Air Flow, dan inkubator.

III.2 Bahan
Bahan yang digunakan yaitu ekstrak bawang putih, ekstrak sambiloto, ekstrak kunyit putih, aquades, amoksisilin, ampisilin, kertas label, kertas saring, aluminium foil, medium Nutrien Agar (NA), alkohol 70 %, tissue, paper disk, biaakn Bacillus subtilis, biakan Salmonella typii, dan swab steril.
III.2 Cara Kerja
a. Kepekaan Mikroba Terhadap Antimikroba Asal Tanaman
- Menimbang kunyit putih, bawang putih, dan daun sambiloto masing-masing 20 gram serta air sebanyak 20 ml
- Membuat ekstrak masing-masing bahan dengan menggunakan blender untuk menghaluskannya keudian menyaringnya dengan penyaring dan kertas saring agar ampas tidak ikut terambil
- Mengisi botol pengencer dengan aquades sebanyak 9 ml lalu membuat pengenceran masing -masing bahan
- Membuat pengenceran 10-1,10-2, dan 10-3 masing-masing bahan dengan cara mengambil 1 ml ekstrak lalu memasukkannya dalam botol pengencer 10-1 lalu menghomogenkannya. Setelah itu, membuat pengenceran 10-2 dengan cara mengambil 1 ml dari pengenceran 10-1 lalu menghomogenkannya, begitupun dengan pengenceran 10-3 dengan cara mengambil 1 ml dari pengenceran 10-2 lalu menghomogenkannya
- Memasukkan masing-masing bahan dalam cuvet lalu melakukan sentrifus selama 35 menit untuk memisahkan natan dan supernatannya.
- Mengambil supernatan lalu menempatkannya dalam botol fial dan merendam kertas disk pada masing-masing bahan yang telah dimasukkan dalam botol fial
- Menuang medium NA cair ke dalam 6 buah cawan petri dan menunggunya sampai padat. Membagi tiga masing-masing cawan petri untuk pengenceran
10-1, 10-2, dan 10-3. Masing-masing ekstrak 2 cawan petri, 1 untuk Bacillus subtilis dan 1untuk Salmonella typii
- Menggores medium NA dengan ose bulat yang telah diolesi bakteri
- Mengambil kertas disk yang telah direndam dalam supernatan dan memasukkannya dalam cawan petri pada setiap pengenceran masing-masing 1 kertas disk
- Menuang sisa supernatan ke dalam cawan petri lain, lalu melakukan isolasi dengan cara tuang yaitu menuangkan medium NA cair ke atas supernatan lalu memutarnya tujuh kali ke kiri dan tujuh kali ke kanan
- Membagi 2 bagian cawan petri, ½ untuk Bacillus subtilis dan ½ untuk Salmonella typii
- Menggores medium NA dengan bakteri di atas dengan menggunakan ose bulat setelah medium NA padat
- Menginkubasikan semua capet selama 1-2x24jam
- Mengamati perubahan yang terjadi
B. Kepekaan Mikroba Terhadap Antimikroba Asal Antibiotik
- Menghaluskan antibiotik amoksisilin dan ampisilin lalu menimbangnya sebanyak 1,3 gram dengan neraca OHAUS kemudian mencampurnya dengan aquades sebanyak 10 ml dan menghomogenkannya
- Mengisi botol pengencer dengan aquades sebanyak 9 ml lalu membuat pengenceran masing -masing bahan
- Membuat pengenceran 10-1,10-2, dan 10-3 masing-masing bahan dengan cara mengambil 1 ml ekstrak lalu memasukkannya dalam botol pengencer 10-1 lalu menghomogenkannya. Setelah itu, membuat pengenceran 10-2 dengan cara mengambil 1 ml dari pengenceran 10-1 lalu menghomogenkannya, begitupun dengan pengenceran 10-3 dengan cara mengambil 1 ml dari pengenceran 10-2 lalu menghomogenkannya
- Memasukkan masing-masing bahan dalam cuvet lalu melakukan sentrifus selama 35 menit untuk memisahkan natan dan supernatannya.
- Mengambil supernatan lalu menempatkannya dalam botol fial dan merendam kertas disk pada masing-masing bahan yang telah dimasukkan dalam botol fial
- Menuang medium NA cair ke dalam 6 buah cawan petri dan menunggunya sampai padat. Membagi tiga masing-masing cawan petri untuk pengenceran 10-1, 10-2, dan 10-3. Masing-masing ekstrak 2 cawan petri, 1 untuk Bacillus subtilis dan 1untuk Salmonella typii
- Menggores medium NA dengan ose bulat yang telah diolesi bakteri
- Mengambil kertas disk yang telah direndam dalam supernatan dan memasukkannya dalam cawan petri pada setiap pengenceran masing-masing 1 kertas disk
- Menuang sisa supernatan ke dalam cawan petri lain, lalu melakukan isolasi dengan cara tuang yaitu menuangkan medium NA cair ke atas supernatan lalu memutarnya tujuh kali ke kiri dan tujuh kali ke kanan
- Membagi 2 bagian cawan petri, ½ untuk Bacillus subtilis dan ½ untuk Salmonella typii
- Menggores medium NA dengan bakteri di atas dengan menggunakan ose bulat setelah medium NA padat
- Menginkubasikan semua capet selama 1-2x24jam
- Mengamati perubahan yang terjadi
2 Pembahasan
a. Kepekaan mikroba terhadap antimikroba asal tanaman
Percobaan ini menggunakan ekstrak kunyit putih, bawang putih, dan daun sambiloto yang berfungsi sebagai antimikroba yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba. Bawang putih mengandung minyak atsiri yang bersifat antibakteri dan antiseptik. Kunyit putih juga mengandung minyak atsiri yang dapat memberi efek antimikroba selain itu kunyit putih juga mengandung curcumin yang memiliki aktivitas antioksidan. Sambiloto mengandung flavanoid yang merupakan antibakteri terhadap Staphylococcus aereus dan Eschericia coli. Pada percobaan ini digunakan pengenceran 10-1, 10-2, dan 10-3. Hal ini dilakukan untuk mengetahui pengenceran yang lebih kaut dalam menghambat pertumbuhan mikroba.
Berdasarkan teori, pengenceran 10-1 seharusnya terdapat sedikit bakteri karena larutannya lebih pekat. Berdasarkan pengamatan diperoleh pada bawang putih pengenceran 10-1 terdapat 1 koloni Salmonella typii dan 10 bakteri Bacillus subtilis, pengenceran 10-2 terdapat 1 koloni Salmonella typii dan 29 bakteri Bacillus subtilis, serta pengenceran 10-3 sama-sama terdapat 19 bakteri baik Salmonella typii dan Bacillus subtilis. Hal ini menunjukkkan bahwa percobaan ini sesuai dengan teori dimana lebih sedikit bakteri yang tumbuh pada pengenceran 10-1 yang menunjukkan larutannya pekat sehingga dapat menghambat pertumbuhan mikroba terutam Salmonella typii.
b. Kepekaan mikroba terhadap antimikroba asal antibiotik
Percobaan ini menggunakan antibiotik berupa amoksisilin dan ampisilin dimana kedua-duanya merupakan penisilin. Penisilin merupakan kelompok antibiotika Beta Laktam yang telah lama dikenal. Penisilin dapat menghambat pertumbuhan mikopeptida yang diperlukan untuk sintesis dinding sel mikroba. Terhadap mikroba yang sensitif, penisilin akan menghasilkan efek bakterisida (membunuh kuman) pada mikroba yang sedang aktif membelah. Dalam keadaan metabolik tidak aktif (tidak membelah) praktis tidak dipengaruhi oleh penisilin, kalaupun ada pengaruhnya hanya bakteriostatik (menghambat perkembangan). Berdasarkan hasil pengamatan, baik pada amoksilin maupun ampisilin pada pengenceran 10-1 terdapat sedikit bakteri dibandingkan dengan pengenceran 10-2 dan 10-3. Hal ini sesuai dengan teori dimana pengenceran yang lebih pekat yang lebih kuat menghambat pertumbuhan mikroba. Amoksisilin dan ampisilin juga lebih peka dalam menghambat pertumbuhan bakteri Salmonella typii daripada Bacillus subtilis.
c. Kepekaan mikroba terhadap antimikroba yang menggunakan kertas disk
Pada percobaan yang menggunakan kertas disk digunakan ampisilin, amoksisilin, bawang putih, kunyit putih, dan sambiloto. Kertas disk berfungsi sebagai penghambat perkembangan mikroba yang ditandai dengan adanya daerah bening di sekitar daerah kertas disk. Pada bakteri Bacillus subtilis hanya bakterisida berupa ampisilin yang menimbulkan daerah bening di sekitar kertas disk yaitu pada pengenceran 10-1. Pad bakteri Salmonella typii bakerisida berupa amoksisilin dan bawang putih yang menimbulkan daerah bening di sekitar kertas disk. Hal ini menunjukkan bahwa ampisilin dapat menghambat pertumbuhan dari bakteriBacillus subtilis sedangkan amoksisilin dan bawang putih dapat enghambat pertumbuhan bakteri Salmonella typii.




BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Kesimpulan percobaan ini adalah :
1. Antimikroba yang berasal dari tanaman dapat menghambat pertumbuhan mikroba yang ditandai dengan sedikitnya mikroba yang hidup dan adanya daerah bening di sekitar paper disk pada antimikroba berupa bawang putih. Yang paling baik dalam menghambat pertumbuhan mikroba adalah bawang putih. Bawang putih, kunyit putih, dan sambiloto dapat menghambat pertumbuhan bakteri karena mengandung minyak atsiri dan curcumin.
2. Antimikroba yang berasal dari tanaman dapat menghambat pertumbuhan mikroba yang ditandai dengan sedikitnya mikroba yang hidup dan adanya daerah bening pada antimikroba ampisilin dan amoksisilin. Yang paling baik dalam menghambat pertumbuhan mikroba adalah ampisilin.
V.2 Saran
Sebaiknya alat-alat laboratorium diperbanyak dan alat-alat yang rusak segera diperbaiki agar praktikum dapat berjalan dengan lancar






DAFTAR PUSTAKA
Dwidjoseputro, D., 1989. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan. Malang.
Fardias, S., 1990. Mikrobiologi Pangan,ITB, Bandung.
Gobel, B. Risco, Zaraswati Dwyana, As`adi Abdullah. 2002. Mikrobiologi Umum Dalam Praktek. Universitas Hasanuddin. Makassar.
Lay, Bibiana, dkk., 1992. Mikrobiologi. Rajawali Press. Bandung.
Pelczar, Michael., dan E.C.S. Chan., 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi.UI Press. Jakarta
Schlegel G Hans., 1994. Mikrobiologi Umum. Gadjah Mada University press. Yogyakarta.

KURVA PERTUMBUHAN MIKROORGANISME

BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Pertumbuhan merupakan proses bertambahnya ukuran atau subtansi atau masa zat suatu organisme, misalnya kita makhluk makro ini dikatakan tumbuh ketika bertambah tinggi, bertambah besar atau bertambah berat. Pada organisme bersel satu pertumbuhan lebih diartikan sebagai pertumbuhan koloni, yaitu pertambahan jumlah koloni, ukuran koloni yang semakin besar atau subtansi atau masssa mikroba dalam koloni tersebut semakin banyak, pertumbuhan pada mikroba diartikan sebagai pertambahan jumlah sel mikroba itu sendiri. Pertumbuhan merupakan suatu proses kehidupan yang irreversible artinya tidak dapat dibalik kejadiannya. Pertumbuhan didefinisikan sebagai pertambahan kuantitas konstituen seluler dan struktur organisme yang dapat dinyatakan dengan ukuran, diikuti pertambahan jumlah, pertambahan ukuran sel, pertambahan berat atau massa dan parameter lain. Sebagai hasil pertambahan ukuran dan pembelahan sel atau pertambahan jumlah sel maka terjadi pertumbuhan populasi mikroba (Iqbalali, 2008).
Pertumbuhan mikroba dalam suatu medium mengalami fase-fase yang berbeda, yang berturut-turut disebut dengan fase lag, fase eksponensial, fase stasioner dan fase kematian. Pada fase kematian eksponensial tidak diamati pada kondisi umum pertumbuhan kultur bakteri, kecuali bila kematian dipercepat dengan penambahan zat kimia toksik, panas atau radiasi (Iqbalali, 2008).
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka dilaksanakanlah praktikum ini untuk mengetahui kurva pertumbuhan mikroorganisme serta fase- fase dan perhitungan kecepatan pertumbuhan mikroorganisme.


I.2 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah :
1. Untuk mengetahui kurva pertumbuhan mikroorganisme
2. Untuk mengetahui fase- fase pertumbuhan mikroorganisme
3. Untuk mengetahui perhitungan kecepatan pertumbuhan mikroorganisme


I.3 Waktu dan Tempat Percobaan
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu, 01 April 2009,pukul 14.00-17.30 WITA dan bertempat di Laboratorium Mikrobiologi, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Waktu generasi adalah waktu yang diperlukan oleh mikroorganisme untuk meningkatkan jumlah sel menjadi dua kali lipat jumlah semula. Kurva pertumbuhan mikroorganisme terdiri atas empat fase yaitu fase penyesuaian (lag phase), fase eksponensial atau fase logaritmik, fase stasioner dan fase kematian. Pada fase eksponensial terjadi peningkatan jumlah sel dan digunakan untuk untuk menentukan waktu generasi (Yudhabuntara, 2003)
Pertumbuhan pada mikroorganisme diartikan sebagai penambahan jumlah atau total massa sel yang melebihi inokulum asalnya. Telah dijelaskan pada bahasan sebelumnya, bahwa sistem reproduksi bakteri adalah dengan cara pembelahan biner melintang, satu sel membelah diri menjadi 2 sel anakan yang identik dan terpisah. Selang waktu yang dibutuhkan bagi sel untuk membelah diri menjadi dua kali lipat disebut sebagai waktu generasi. Waktu generasi pada setiap bakteri tidak sama, ada yang hanya memerlukan 20 menit bahkan ada yang memerlukan sampai berjam-jam atau berhari-hari (Sumarsih,2003).
Bila bakteri diinokulasikan ke dalam medium baru, pembiakan tidak segera terjadi tetapi ada periode penyesuaian pada lingkungan yang dikenal dengan pertumbuhan. Kemudian akan memperbanyak diri (replikasi) dengan laju yang konstan, sehingga akan diperoleh kurva pertumbuhan. Pada kurva pertumbuhan dikenal beberapa fase pertumbuhan, yaitu (Admin, 2008):

Fase lamban
Fase lamban merupakan periode awal dan merupakan fase penyesuaian diri (adaptasi), sehingga tidak ada pertambahan jumlah sel bahkan kadang-kadang jumlah sel menurun.

Fase cepat
Fase cepat merupakan periode pembiakan yang cepat. Pada periode ini dapat teramati ciri-ciri sel yang aktif. Waktu generasi pada setiap bakteri dapat ditentukan pada fase cepat ini. Pada fase tersebut dapat terlihat beberapa sel mulai membelah, yang lainnya setengah membelah, dan yang lainnya lagi selesai membelah.

Fase statis
Pada fase statis pembiakan mulai berkurang dan beberapa sel mati. Apabila laju pembiakan sama dengan laju kematian, maka secara keseluruhan jumlah sel tetap konstan. Hal ini dapat disebabkan karena berkurangnya nutrien ataupun terbentuknya produk metabolisme yang cenderung menumpuk mungkin menjadi racun bagi bakteri yangbersangkutan.

Fase kematian
Fase kematian merupakan fase dimana proses pembiakan telah berhenti. Sel-selnya sudah mati, yang kemudian akan diikuti dengan proses lisis. Apabila laju kematian melampaui laju pembiakan, maka jumlah sel sebenarnya menurun.
Pertumbuhan bakteri pada umumnya ditandai dengan empat fase yang khas, yakni periode awal yang tampaknya tanpa pertumbuhan (fase lamban atau lag phase) diikuti leh suatu periode pertumbuhan yang cepat (fase log), kemudian mendatar (fase statis atau stationary phase), dan akhirnya diikuti oleh suau penurunan polpulasi sel-sel hidup (fase kematian atau penurunan). Di antara setiap fase ini ada suatu periode peralihan yang menunjukkan lamanya waktu sebelum semua sel memasuki fase yang baru. Ciri-ciri tambahan ang berkaitan dengan keempat fase pertumbuhan tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini (filzahazny, 2008) :
Fase Pertumbuhan Ciri
Lamban (lag) Tidak ada pertambahan populasi
Sel mengalami perubahan dalam komposisi kimiawi dan bertambah ukurannya; substansi intraseluluer bertambah
Logaritma (eksponensial) Sel membelah dengan laju yang konstan
Massa menjadi dua kali lipat dengan laju sama
Aktifitas metabolic konstan
Keadaan pertumbuhan seimbang
Statis Penumpukan produk beracun dan kehabisan nutrient Beberapa sel mati sedangkan yang lain tumbuh dan membelahJumlah sel hidup menjadi tetap
Penurunan atau kematian Sel menjadi mati lebih cepat daripada terbentuknya sel-sel baru
Laju kematian mengalami percepatan menjadi eksponensial
Bergantung pada spesiesnya, semua sel mati dalam waktu beberapa hari atau beberapa bulan

Pertumbuhan dapat diamati dari meningkatnya jumlah sel atau massa sel (berat kering sel). Pada umumnya bakteri dapat memperbanyak diri dengan pembelahan biner,yaitu dari satu sel membelah menjadi 2 sel baru, maka pertumbuhan dapat diukur dari bertambahnya jumlah sel. Waktu yang diperlukan untuk membelah diri dari satu sel menjadi dua sel sempurna disebut waktu generasi. Waktu yang diperlukan oleh sejumlah sel atau massa sel menjadi dua kali jumlah/massa sel semula disebut doubling time atau waktu penggandaan. Waktu penggandaan tidak sama antara berbagai mikrobia, dari beberapa menit, beberapa jam sampai beberapa hari tergantung kecepatan pertumbuhannya. Kecepatan pertumbuhan merupakan perubahan jumlah atau massa sel per unit waktu (Sumarsih, 2003).
Adapun perhitungan pertumbuhan mikroba (Sumarsih, 2003):
Dari hasil pembelahan sel secara biner:
1 sel menjadi 2 sel
2 sel menjadi 4 sel 21 menjadi 22 atau 2x2
4 sel menjadi 8 sel 22 menjadi 23 atau 2x2x2
Dari hal tersebut dapat dirumuskan menjadi:
N = N0 2n
N: jumlah sel akhir, N0: jumlah sel awal, n: jumlah generasi Waktu generasi = t / n , t: waktu pertumbuhan eksponensial, n: jumlah generasi
Dalam bentuk logaritma, rumus N = N0 2n menjadi:
log N = log N0 + n log 2
log N – log N0 = n log 2
n = log N – log N0 = log N – log N0
log 2 0,301
Contoh:
N = 108 , N0 = 5x107 , t = 2
Dengan rumus dalam bentuk logaritma:
n = log 108 – log (5x 107) = 8 – 7,6 =1
0,301 0,301
Jadi waktu generasi = t/n = 2/1 = 2 jam
Waktu generasi juga dapat dihitung dari slope garis dalam plot semilogaritma kurva
pertumbuhan eksponensial, yaitu dengan rumus, slope = 0,301/ waktu generasi. Dari
grafik pertumbuhan tersebut diketahui bahwa slope = 0,15, sehingga juga diperoleh
waktu generasi = 2 jam
Usaha pengendalian mikroorganisme dapat dilaksanakan apabila faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan atau perkembangbiakan mikroorganisme telah diketahui sebelumnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi tersebut umumnya dibagi ke dalam lima bahasan yaitu (Yudhabuntara, 2003) :
Faktor intrinsik
Faktor intrinsik meliputi pH, aktivitas air (activity of water, aw), kemampuan mengoksidasi-reduksi (redoxpotential, Eh), kandungan nutrien, bahan antimikroba dan struktur bahan makanan.
Ukuran keasaman atau pH adalah log10 konsentrasi ion hidrogen. Lazimnya bakteri tumbuh pada pH sekitar netral (6,5 – 7,5) sedangkan kapang dan ragi pada pH 4,0-6,5.
Aktivitas air (aw) adalah jumlah air yang tersedia untuk pertumbuhan mikrobia dalam pangan. Kemampuan mengoksidasi-reduksi (redoxpotential, Eh) adalah perbandingan total daya mengoksidasi (menerima elektron) dengan daya mereduksi (memberi elektron).
Pertumbuhan mikroorganisme memerlukan air, energi, nitrogen, vitamin dan faktor pertumbuhan, mineral. Air yang tersedia untuk pertumbuhan mikroorganisme ditentukan oleh aw bahan makanan. Sebagai sumber energi, mikroorganisme memanfaatkan karbohidrat, alkohol dan asam amino yang terdapat dalam bahan makanan. Faktor pertumbuhan yang diperlukan adalah asam amino, purin dan pirimidin, serta vitamin.
Struktur bahan makanan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme misalnya lemak karkas dan kulit pada karkas unggas dan karkas babi dapat melindungi daging dari kontaminasi mikroorganisme.
Faktor ekstrinsik
Faktor ekstrinsik yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme adalah suhu penyimpanan dan faktor luar lainnya yang pada prinsipnya berhubungan dengan pengaruh atmosferik seperti kelembaban, tekanan gas/keberadaan gas, juga cahaya dan pengaruh sinar ultraviolet.
Faktor proses
Semua proses teknologi pengolahan bahan makanan mengubah lingkungan mikro bahan makanan tersebut. Proses tersebut dapat berupa pemanasan, pengeringan, modifikasi pH, penggaraman, curing, pengasapan, iradiasi, tekanan tinggi, pemakaian medan listrik dan pemberian bahan imbuhan pangan.
Faktor implisit
Faktor lain yang berperan adalah faktor implisit yaitu adanya sinergisme atau antagonisme di antara mikroorganisme yang ada dalam “lingkungan” bahan makanan. Ketika mikroorganisme tumbuh pada bahan makanan dia akan bersaing untuk memperoleh ruang dan nutrien. Dengan demikian akan terjadi interaksi di antara mikroorganisme yang berbeda. Interaksi ini dapat saling mendukung maupun saling menghambat (terjadi sinergisme atau antagonisme).
Bakteri merupakan organisme kosmopolit yang dapat kita jumpai di berbagai tempat dengan berbagai kondisi di alam ini. Mulai dari padang pasir yang panas, sampai kutub utara yang beku kita masih dapat menjumpai bakteri. Namun bakteri juga memiliki batasan suhu tertentu dia bisa tetap bertahan hidup, ada tiga jenis bakteri berdasarkan tingkat toleransinya terhadap suhu lingkungannya:
1. Mikroorganisme psikrofil yaitu mikroorganisme yang suka hidup pada suhu yang dingin, dapat tumbuh paling baik pada suhu optimum dibawah 20oC.
2. Mikroorganisme mesofil, yaitu mikroorganisme yang dapat hidup secara maksimal pada suhu yang sedang, mempunyai suhu optimum di antara 20oC sampai 50oC
3. Mikroorganisme termofil, yaitu mikroorganisme yang tumbuh optimal atau suka pada suhu yang tinggi, mikroorganisme ini sering tumbuh pada suhu diatas 40oC, bakteri jenis ini dapat hidup di tempat-tempat yang panas bahkan di sumber-sumber mata air panas bakteri tipe ini dapat ditemukan, pada tahun 1967 di yellow stone park ditemukan bakteri yang hidup dalam sumber air panas bersuhu 93-94oC
Dalam pertumbuhannya bakteri memiliki suhu optimum dimana pada suihu tersebut pertumbuhan bakteri menjadi maksimal. Dengan membuat grafik pertumbuhan suatu mikroorganisme, maka dapat dilihat bahwa suhu optimum biasanya dekat puncak range suhu. Di atas suhu ini kecepatan tumbuh mikroorganisme akan berkurang. diperlukan suatu metode. Metode pengukuran pertumbuhan yang sering digunakan adalah dengan menentukan jumlah sel yang hidup dengan jalan menghitung koloni pada pelat agar dan menentukan jumlah total sel/jumlah massa sel. Selain itu dapat dilakukan dengan cara metode langsung dan metode tidak langsung. Dalam menentukan jumlah sel yang hidup dapat dilakukan penghitungan langsung sel secara mikroskopik, melalui 3 jenis metode yaitu metode: pelat sebar, pelat tuang dan most-probable number (MPN). Sedang untuk menentukan jumlah total sel dapat menggunakan alat yang khusus yaitu bejana Petrof-Hausser atau hemositometer. Penentuan jumlah total sel juga dapat dilakukan dengan metode turbidimetri yang menentukan: Volume sel mampat, berat sel, besarnya sel atau koloni, dan satu atau lebih produk metabolit. Penentuan kuantitatif metabolit ini dapat dilakukan dengan metode Kjeldahl (Iqbalali, 2008).


BAB III
METODOLOGI
III. 1 Alat
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah alat tulis, mistar, dan kalkulator.

III.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah data, kertas grafik, dan lem.

III.3 Cara Kerja
Adapun cara kerja dari percobaan ini adalah :
• Mencatat data yang telah diperoleh
• Menghitung nilai OD (Optical Dencity) dari data dengan menggunakan rumus :
OD = 2- log %T
• Mencatat dalam tabel pengamatan dan menggambar grafik
• Menghitung waktu generasi dari nilai OD yang terdapat pada grafik dengan rumus:
g = T /n = t –to/n ; n = log N – log No/ log 2


dimana : g = waktu generasi
t = Waktu terakhir fase log
to = Waktu awal fase log
N = titik awal fase log
No = titik akhir fase log



DAFTAR PUSTAKA
Admin., 2008, http://www.ubb.ac.id/menulengkap.php?judul=Sejarah- Perkembangan-Mikrobiologi. Diakses pada tanggal 08 maret 2009, Makassar.
Yudhabuntara, doddi., 2003, www .geocities .com/kesmavetugm /PENGENDALIA .doc. diakses pada tanggal 14 april 2009, Makassar.
Iqbalali., 2008, http://i q b a l a l i . c o m /Pertumbuhan-Bakteri-dan-Suhu.mht. diakses pada tanggal 14 april 2009, Makassar.
Filzahazny., 2008, , http:/wordpress.com/Penganta-tentang-bakteri.htm.di akses pada tanggal 08 maret 2009, Makassar.
Sumarsih, Sri., 2003, Mikrobiologi Dasar, jurusan ilmu tanah fakultas pertanian upn”veteran,Yogyakarta

TEKNIK PEWARNAAN MIKROORGANISME

BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Mikroorganisme yang ada di alam ini mempunyai morfologi, struktur dan sifat-sifat yang khas, begitu pula dengan bakteri. Bakteri yang hidup hampir tidak berwarna dan kontras dengan air, dimana sel-sel bakteri tersebut disuspensikan. Salah satu cara untuk mengamati bentuk sel bakteri sehingga mudah untuk diidentifikasi ialah dengan metode pengecatan atau pewarnaan. Hal tersebut juga berfungsi untuk mengetahui sifat fisiologisnya yaitu mengetahui reaksi dinding sel bakteri melalui serangkaian pengecatan (Jimmo, 2008).
Berbagai macam tipe morfologi bakteri (kokus, basil, spirilum, dan sebagainya) dapat dibedakan dengan menggunakan pewarna sederhana. Istilah ”pewarna sederhana” dapat diartikan dalam mewarnai sel-sel bakteri hanya digunakan satu macam zat warna saja (Gupte, 1990). Kebanyakan bakteri mudah bereaksi dengan pewarna-pewarna sederhana karena sitoplasmanya bersifat basofilik (suka akan basa) sedangkan zat-zat warna yang digunakan untuk pewarnaan sederhana umumnya bersifat alkalin (komponen kromoforiknya bermuatan positif). Faktor-faktor yang mempengaruhi pewarnaan bakteri yaitu fiksasi, peluntur warna , substrat, intensifikasi pewarnaan dan penggunaan zat warna penutup. Suatu preparat yang sudah meresap suatu zat warna, kemudian dicuci dengan asam encer maka semua zat warna terhapus. sebaliknya terdapat juga preparat yang tahan terhadap asam encer. Bakteri-bakteri seperti ini dinamakan bakteri tahan asam, dan hal ini merupakan ciri yang khas bagi suatu spesies (Dwidjoseputro, 1994).
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka dilakukanlah praktikum ini untuk mengetahui teknik pewarnaan mikroorganisme baik itu dengan cara pengecatan sederhana, pengecatan negatif maupun pengecatan gram serta mengetahui morfologi mikroorganisme.
I.2 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah :
1. Untuk mengetahui teknik pewarnaan mikroorganisme dengan cara pengecatan negatif, pengecatan sederhana dan pengecatan gram.
2. Untuk mengetahui morfologi mikroorganisme
I.3 Waktu dan Tempat Percobaan
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu, 25 Maret 2009, pukul 14.00- 17.30 WITA dan bertempat di Laboratorium Mikrobiologi, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar.











BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Melihat dan mengamati bakteri dalam keadaan hidup sangat sulit, kerena selain bakteri itu tidak berwarna juga transparan dan sangat kecil. Untuk mengatasi hal tersebut maka dikembangkan suatu teknik pewarnaan sel bekteri, sehingga sel dapat terlihat jelas dan mudah diamati. Olek karena itu teknik pewarnaan sel bakteri ini merupakan salahsatu cara yang paling utama dalam penelitian-penelitian mikrobiologi (Rizki, 2008).
Macam-macam pewarnaan (Yulneriwanti, 2008) :
1. Pewarnaan negatif
- Bakteri tidak diwarnai, tapi mewarnai latar belakang
- Ditujukan untuk bakteri yang sulit diwarnai, seperti spirochaeta
2. Pewarnaan sedehana
- Menggunakan satu macam zat warna (biru metilen/air fukhsin)
- Tujuan hanya untuk melihat bentuk sel
3. Pewarnaan diferensial
- menggunakan lebih dari satu macam zat warna
- Tujuan untuk membedakan antar bakteri
- Contoh: Pw. Gram, Pw. Bakteri Tahan Asam
4. Pewarnaan khusus
- Untuk mewarnai struktur khusus/tertentu dari bakteri→ kapsul, spora, flagel dll
Cara pewarnaan negatif
- Sediaan hapus → teteskan emersi → lihat dimikroskop
Untuk mempelajari morfologi, struktur, sifat-sifat bakteri dalam membantu mengidentifikasinya, kuman perlu diwarnai.
Pewarnaan Gram atau metode Gram adalah suatu metode empiris untuk membedakan spesies bakteri menjadi dua kelompok besar, yakni gram-positif dan gram-negatif, berdasarkan sifat kimia dan fisik dinding sel mereka. Metode ini diberi nama berdasarkan penemunya, ilmuwan Denmark Hans Christian Gram (1853–1938) yang mengembangkan teknik ini pada tahun 1884 untuk membedakan antara pneumokokus dan bakteri Klebsiella pneumoniae (filzahazny, 2008).
Bakteri Gram-negatif adalah bakteri yang tidak mempertahankan zat warna metil ungu pada metode pewarnaan Gram. Bakteri gram-positif akan mempertahankan zat warna metil ungu gelap setelah dicuci dengan alkohol, sementara bakteri gram-negatif tidak. Pada uji pewarnaan Gram, suatu pewarna penimbal (counterstain) ditambahkan setelah metil ungu, yang membuat semua bakteri gram-negatif menjadi berwarna merah atau merah muda. Pengujian ini berguna untuk mengklasifikasikan kedua tipe bakteri ini berdasarkan perbedaan struktur dinding sel mereka (filzahazny, 2008).
Sifat bakteri terhadap pewarnaan Gram merupakan sifat penting untuk membantu determinasi suatu bakteri. Beberapa perbedaan sifat yang dapat dijumpai antara bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif dapat dilihat pada table berikut ini (filzahazny, 2008) :
Bakteri Gram Positif Bakteri Gram Negatif
Dinding Sel:
Lapisan petidoglikan Lebih tebal Lebih tipis

Kadar lipid 1-4% 11-22%

Resistensi terhadap alkali (1% KOH)
Lebih pekat Larut
Kepekaan terhadap Yodium Lebih peka Kurang peka
Toksin yang dibentuk Eksotoksin Endotoksin

Resistensi terhadap tellurit Lebih tahan Lebih peka

Sifat tahan asam Ada yang tahan asam Tidak ada yang tahan asam

Kepekaan terhadap penisilin Lebih peka Kurang peka

Kepekaan terhadap streptomisin Tidak peka Peka


Teknik pewarnaan
Pewarnaan sederhana, merupakan pewarna yang paling umum digunakan. Disebut demikian karena hanya digunakan satu jenis cat pewarna untuk mewarnai organisme. Kebanyakan bakteri telah bereaksi dengan pewarna-pewarna sederhana karena sitoplasmanya bersifat basofil (suka akan basa). Zat-zat warna yang digunakan untuk pewarnaan sederhana umumnya bersifat alkalin (komponen kromofornya bersifat positif). Pewarnaan sederhana ini memungkinkan dibedakannya bakteri dengan bermacam-macam tipe morfologi (coccus, vibrio, basillus, dsb) dari bahan-bahan lainnya yang ada pasa olesan yang diwarnai (Hadiotomo, 1990).
Pewarnaan negatif, metode ini bukan untuk mewarnai bakteri tetapi mewarnai latar belakangnya menjadi hitam gelap. Pada pewarnaan ini mikroorganisme kelihatan transparan (tembus pandang). Teknik ini berguna untuk menentukan morfologi dan ukuran sel. Pada pewarnaan ini olesan tidak mengalami pemanasan atau perlakuan yang keras dengan bahan-bahan kimia, maka terjadinya penyusutan dan salah satu bentuk agar kurang sehingga penentuan sel dapat diperoleh dengan lebih tepat. Metode ini menggunakan cat nigrosin atau tinta cina (Hadiotomo, 1990).
Struktur di dalam sel pada tempat-tempat yang khas dibentuk oleh spesies ini disebut endospora. Endospora dapat bertahan hidup dalam keadaan kekurangan nutrien, tahan terhadap panas, kekeringan, radiasi UV serta bahan-bahan kimia. Ketahanan tersebut disebabkan oleh adanya selubung spora yang tebal dan keras. Sifat-sifat ini menyebabkan dibutuhkannya perlakuan yang keras untuk mewarnainya. Hanya bila diperlukan panas yang cukup, pewarna yang sesuai dapat menembus endospora. Tetapi sekali pewarna memasuki endospora, sukar untuk dihilangkan. Ukuran dan letak endospora di dalam sel merupakan ciri-ciri yang digunakan untuk membedakan spesies-spesies bakteri yang Membentuknya (Dwidjoseputro, 1989).
Ciri-ciri bakteri gram negatif yaitu (Hadiotomo, 1990) :
- Struktur dinding selnya tipis, sekitar 10 – 15 mm, berlapis tiga atau multilayer.
- Dinding selnya mengandung lemak lebih banyak (11-22%), peptidoglikan terdapat didalam lapisan kaku, sebelah dalam dengan jumlah sedikit  10% dari berat kering, tidak mengandung asam tekoat.
- Kurang rentan terhadap senyawa penisilin.
- Pertumbuhannya tidak begitu dihambat oleh zat warna dasar misalnya kristal violet.
- Komposisi nutrisi yang dibutuhkan relatif sederhana.
- Tidak resisten terhadap gangguan fisik.
Ciri-ciri bakteri gram positif yaitu (Hadiotomo, 1990) :
- Struktur dinding selnya tebal, sekitar 15-80 nm, berlapis tunggal atau monolayer.
- Dinding selnya mengandung lipid yang lebih normal (1-4%), peptidoglikan ada yang sebagai lapisan tunggal. Komponen utama merupakan lebih dari 50% berat ringan. Mengandung asam tekoat.
- Bersifat lebih rentan terhadap penisilin.
- Pertumbuhan dihambat secara nyata oleh zat-zat warna seperti ungu kristal.
- Komposisi nutrisi yang dibutuhkan lebih rumit.
- Lebih resisten terhadap gangguan fisik.
Pengecatan gram dilakukan dalam 4 tahap yaitu (Volk & Wesley, 1998):
1. Pemberian cat warna utama (cairan kristal violet) berwarna ungu.
2. Pengintesifan cat utama dengan penambahan larutan mordan JKJ.
3. Pencucian (dekolarisasi) dengan larutan alkohol asam.
4. Pemberian cat lawan yaitu cat warna safranin
BAB III
METODOLOGI
III. 1 Alat
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah mikroskop, objek gelas, ose bulat, gegep kayu,lampu spritus , korek api,pipet tetes,wadah baskom, botol semprot , dan hand sprayer
III.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah Aquadest steri, lBiakan Eschericia coli, Biakan Bacillus cereus, Biakan Salmonella typii, Gram A (Kristal violet), Gram B (larutan lugol), Gram C (Alkohol asam), Gram D (Safranin), Minyak imersi, Tissue roll, Alcohol 70 %, Spirtus, Larutan nigrosin (tinta cina).
III.3 Prosedur Kerja
A. Pengecatan Sederhana
1. Membuat preparat olesan bakteri Bacillus cereus dan Salmonella typii lalu fiksasi dengan pembakar spirtus.
2. Meneteskan larutan Kristal violet diatas olesan preparat tersebut sebanyak 1-2 tetes dan membiarakan selama 1-2 menit.
3. Mencuci dengan air mengalir sampai sisa cat tercuci habis, kemudian mengeringkan dengan hati-hati mengunakan tissue roll.
4. Mengamati dibawah mikroskop dengan menggunakan pembesaran 100x dan minyak imersi.
5. Menggambar dan mencatat hasil yang diamati.
B. Pengecatan Negatif
1. Membersihkan gelas objek dengan alcohol 70 % agar bebas lemak.
2. Mengambil 1 ose yang digunakan umntuk mengambil biakan, meletakkan biakan pada objek gelas kemudian mencampur dengan 1-2 tetes nigrosin.
3. Dengan menggunakan objek gelas lain menyentuhkan sisi objek gelas tersebut pada sampel tersebut sehingga membentuk sudut 300C, selanjutnya menarik objek gelas tersebut dengan arah yang berlawanan hingga membentuk film tipis.
4. Membiarkan hingga mengering lalu mengamati diubawah mikroskop dengan pembesaran 100x dan menggunakan minyak imersi.
5. Menggambar dan mencatat hasil pengamatan.
C. Pengecatan Gram
1. Menyiapkan preparat olesan bakteri Bacillus cereus, Eshcericia coli dan Salmonella typii lalu fiksasi pada pembakar spirtus.
2. Meneteskan larutan gram A sebanyak 2-3 tetes pada olesan bakteri, membiarkan selama 1 menit.
3. Mencuci dengan air mengalir dan mengeringkan dengan tissue roll dengan hati-hati.
4. Meneteskan larutan gram B, membiarkan selama 1 menit.
5. Mencuvi dengan air dan keringkan.
6. Meneteskan larutan gram C, membiarkan selama 30 detik.
7. Mencuci dengan air dan keringkan.
8. Menetesi dengan larutan gram D, membiarkan selama 30 detik, mencuci dengan air dan mengeringkan dengan tissue.
9. Mengamati dibawah mikroskop dengan pembesaran 100x dan menggunakan minyak imersi

Pembahasan
A. Pengecatan Sederhana
Pengecatan sederhana digunakan untuk memperlihatkan atau memperjelas kontras antara sel dan latar belakangnya sehingga dapat mempertajam bentuk dari sel-sel mikroba itu sendiri, dengan cara mewarnai sel-sel mikroba dengan zat warna khususnya warna Kristal violet. Pada pengecatan sederhana digunakan bakteri Bacillus cereus dan Salmonella typii. Setelah pengecatan diperoleh bakteri tersebut berwarna ungu, yang berarti bakteri tersebut menyerap zat warna cat tersebut sehingga Nampak pada mikroskop. Zat warna yang umunya digunakan yakni yang bersifat alkalin (kromatofornya bermuatan +).
B. Pengecatan Negatif
Pada pengecatan ini digunakan cat asam nirosin (tinta cina). Pengecatan ini dilakukan untuk mewarnai latar belakang preparat sedangkan bakteri sendiri tidak terwarnai serta untuk mengamati ukuran, bentuk, dan tata letak sel. Setelah pengamatan dibawah mikroskop diperoleh preparat mikroba berwarna hitam sedangkan bakteri sendiri tidak berwarna (berwarna putih) dan berbentuk basil (batang).
C. Pengecatan Gram
Pengecatan gram termasuk pengecatan diferensial yang digunakan untuk membedakan bakteri gram negative dan bakteri gram positif. Pada pengecatn ini digunakan 3 jenis bakteri yaitu Bacillus cereus, Salmonella typii dan Eshericia coli.. Pengecatan ini menggunakan 4 jenis larutan yaitu Kristal violet sebagai cat utama, larutan iodine sebagai pengintensifan cat utama, alcohol asam untuk pencucian dan safranin sebagai cat penutup. Berdasarkan percobaan diperoleh Bacillus cereus dan Salmonella typii bersifat gram positif yang berarti bakteri dapat mengikat dengan kuat cat utama cristal violet berwarna ungu, pada saat bakteri Gram positif ditambahkan dengan kristal violet maka gram positif akan mengabsorbsi larutan tersebut hanya pada dinding sel, dengan pemberian larutan lugol maka kristal violet akan masuk sampai ke inti sel, pemberian alkohol menyebabkan pori-pori dinding sel mengecil sehingga warna ungu tertahan di dalam sel disebabkan oleh rendahnya kandungan lipid. Sedangkan bakteri Eschericia coli bersifat gram negative karena tidak dapat mengikat kuat cat utama dan dapat diwarnai oleh cat lawan yakni merah dari pewarna safranin.
Perbedaan gram (+) dan gram (-)
Sifat Gram (+) Gram (-)
• Komposisi Kandungan lipid rendah Kandungan lipid tinggi
• Ketahanan terhadap penisilin Lebih sensitif Lebih tahan
• Penghambatan warna Lebih dihambat Kurang dihambat
• Ketahanan terhadap fisik Lebih tahan Kurang tahan
• Kebutuhan Nutrien Kompleks Relatif










BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa :
- Pewarnaan mikroorganisme dapat dilakukan dengan cara yaitu dengan pengecatan gram, pengecatan sederhana dan pengecatan negative.
- Pewarnaan sederhana digunakan untuk melihat bentuk dan struktur sel bakteri dengan menggunakan satu jenis pewarna seperti safranin atau kristal violet, pewarnaan gram digunakan untuk membedakan antara bakteri gram (+) dan gram (-) dengan lebih dari satu zat warna sedangkan pewarnaan negative berguna untuk mewarnai latar belakang preparat dan bakteri sendiri tidak terwarnai.
- Bakteri gram negatif pada teknik pewarnaan akan menghasilkan warna merah dan bakteri gram positif akan menghasilkan warna ungu.
V.2 Saran
Saran untuk laboratorium agar percobaan berikutnya keanekaragaman bakteri yang digunakan dapat bertambah lagi sehingga hasil yang diperoleh dapat bervariasi.






DAFTAR PUSTAKA

Dwidjoseputro, D., 1989. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Malang : Djambatan.
Hadiotomo, Ratna Siri., 1990. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. Jakarta : Pt Gramedia.

Jimmo., 2008, http ://Pembuatan PReParAT dan PengeCaTAnnyA _ BLoG KiTa.mht,. diakses pada tanggal 14 April 2009, Makassar.
Fauziah., 2008, www.fkugm2008.com/wp-content/uploads/HSC/1- 2x/6/Praktikum6.pdf. diakses pada tangan 04 April 2009, Makassar.
Filzahazny., 2008, , http:/wordpress.com/Penganta-tentang-bakteri.htm.di akses pada tanggal 08 maret 2009, Makassar.
Rizki., 2008, http ://ngecat bakterimakul-rizki.blogspot.com/2008/02/materi- kuliah.html. diakses pada tanggal 04 April 2009, Makassar.
Volk, Wesley A dan Margareth F. Wheeler., 1998. Mikrobiologi Dasar Jilid I. Jakarta : Erlangga.

Yulneriwanti., 2008, http://01-bakteri.html. diakses pada tanggal 08 Maret 2009. Makassar.

TEKNIK ISOLASI MIKROORGANISME

BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Di dalam bidang ilmu mikrobiologi, untuk dapat menelaah bakteri khususnya dalam skala laboratorium, maka terlebih dahulu kita harus dapat menumbuhkan mereka dalam suatu biakan yang mana di dalamnya hanya terdapat baktri yang kita butuhkan tersebut tanpa adanya kontaminasi dari mikroba lain. Biakan yang semacam ini biasanya dikenal dengan istilah biakan murni. Untuk melakukan hal ini, haruslah di mengerti jenis- jenis nutrien yang disyaratkan bakteri dan juga macam ligkungan fisik yang menyediakan kondisi optimum bagi pertumbuhan bakteri tersebut (Pelczar, 1986).
Selain teknik pertumbuhan bakteri atau teknik isolasi di atas, dikenal juga adanya teknik isolasi mikroba yaitu inokulasi yang merupakan suatu teknik pemindahan suatu biakan tertentu dari medium yang lama ke medium yang baru dengan tujuan untuk mendapatkan suatu biakan yang murni tanpa adanya kontaminasi dari mikroba yang lain yang tidak diiinginkan.
Berdasarkarkan hal tersebut di atas maka dilakukanlah praktikum ini untuk mengetahui teknik dari isolasi dan inokulasi bakteri.





I.2 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah :
- Mengetahui teknik isolasi mikroba di sekitar kita (isolasi mikroba dari kotoran gigi, isolasi mikroba dari kulit kepala dan isolasi mikroba dari kotoran belakang leher) serta isolasi mikroorganisme dari substrak cair, isolasi dengan cara penuangan, taburan, substrak padat,agar tegak dan miring.
- Mengetahui taknik pemindahan/ inokulasi biakan mikroorganisme
- Mengetahui ciri pertumbuhan dari mikroorganisme pada media agar.
I.3 Waktu dan Tempat Percobaan
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu, 18 Maret 2009 dan bertempat di Laboratorium Mikrobiologi, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar.












BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Populasi mikroorganisme yang ada di alam sekitar kita ini ssangatlah besar dan cukup kompleks. Beratus spesies mikroba menguasai setiap bagian tubuh kita. Mereka terdapat dalam jumlah yang cukup basar. Sebagai contoh, sekali kita bersin dapat mnebarkan beribu- ribu mikroorganisme. Satu gram tinja dapat mengandung jutaan bakteri. Alam di sekitar kita, baik itu tanah, air, maupunudara juga dihuni oleh kumpulan mikroorganisme.Penelitian yang layak mengenai mikroorganisme dalam berbagai habitat ini memerlukan teknik untuk memisahkan populasi campuran yang rumit ini, atau yang biasanya dikenal dengan istilah biakan campuran, menjadi spsies yang berbeda- beda yang bikenal dengan istilah biakan murni. Biakan murni in teerdiri dari satu populasi sel yang semuanya berasal dari satu sel induk (Pelczar, 1986).
Mikroorganisme dapat diperoleh dari lingkungan air, tanah, udara, suubstrat yang berupa bahan pangan, tanaman dan hewan. Jenis mikroorganismenya dapat berupa bakteri, khamir, kapng dan sebagainya. Populasi dari mikroba yang ada di linkungan ini sangatlah beraneka ragam sehinga dalam mengisolasi diperlukan beberapa tahap penanaman sehingga berhasil diperoleh koloni yang tunggal. Koloni yang tunggal ini kemudian yang akan diperbanyak untuk suatu tujuan penelitian misalnya untuk menngisolasi DNA mikroba yang dapat mendeteksi mikroba yang telah resisten terhadap suatu antibiotik. Atau untuk mengetahui mikroba yang dipakai untuk bioremediasi holokarbon (Ferdiaz, 1992).
P emindahan bakteri dari medium lama ke medium yang baru atau yang dikenal dengan istilah inokulasi bakteri ini memerluakn banyak ketelitian. Terlebih dahulu kita harus mengusahakan agar semua alat- alat yang akan digunakan untuk pengerjaan medium dan pengerjaan inokulasi benar- benar steril. Hal ini untuk menghindari terjadinya kkontaminasi, yaitu masuknya mikrooba lain yang tidak diinginkan sehingga biakan yang tumbuh di dalam medium adalah benar- benar biakan murni (Dwidjoseputro, 1990).
Di dalam keadaaan yang sebenarnya dapat dikatakan bahwa tidak ada bakteri yang hidup secara tersendiri terlepas dari spesies yang lainnya. Kerap kali bakteri patogen kedapatan bersama- sama dengan bakteri saprob. Untuk menyendirikan suatu spesies dikenal beberapa cara, yaitu (Dwidjoseputro, 1990) :
1. Degan pengenceran
Cara ini pertama kali dilakukan oleh Lister pada tahun 1865. Ia berhasil memelihara Streptococcus lactis dalampiraan murni yang diisolasi dari sampel susu Yang sudah masam.
Suatu sampel dari suatu suspensi yang berupa campuran bermacam- macam spesies diencerkan dalam suatu tabung yang tersendiri. Dari hasil pengenceran ini kemudian di ambil kira- kira 1 mL untuk diencerkan lebih lanjut. Jika dari pengenceran yang ketiga ini diambil 0,1 mL untuk disebarkan pada suatu medium padat, kemungkinan besar kita akan mendapatkan beberapa koloni yang akan tumbuh dalam mdium tersebut, akan tetapi mungkin juga kita hanya akan memperoleh satu koloni saja. Dalam hal yang demikian ini dapat kita jadikan piaraan murni. Jika kita belum yakin, Bahwa koloni tunggal yang kita peroleh tersebut merupakan koloni yang murni, maka kita dapat mengulang pengenceran dengan menggunakan koloni ini sebagai sampel.
2. Dengan penuangan
Robert Koch (1843- 1905) mempunyai metode yang lain, yaitu dengan mengambil sedikti sampel campuran bakteri yang mudah diencerkan, dan sampel ini kemudian di sebar di dalam suatu medium yang terbuat dari kaldu dan gelatin encer. Dengan demikian dia memperoleh suatu piaraan adukan. Setelah medium tersebut mengental maka selang beberapa jam kemudian nampaklah koloni- koloni yang masing- masing dapat dianggap murni. Dengan mengulang pekerjaan di atas, maka akhirnya akan diperoleh piaraan murni yang lebih terjamin.
Ada beberapa metode yang biasanya dilakukan untuk menanam biakan di dalam medium diantaranya adalah (Lay, 1994) :
1. Metode cawan gores
Metode ini mempunyai dua keuntungan yaitu menghemat bahan dan waktu. Namun untuk memperoleh hasil yang baik diperlukan keterampilan yang lumayan yang biasanya diperoleh dari pengalaman. Metode cawan gores yang dilakukan dengan baik kebanyakan akan menyebabkan terisolasinya mikroorganisme yang diinginkan. Dua macam kesalahan yang umum sekali dilakukan adalah tidak memanfaatkan permukaan medium dengan sebaik- baiknya untuk digores sehingga pengenceran mikroorganisme menjafi kurang lanjut dan cenderung untuk menggunakan inokulum terlalu banyak sehingga menyulitkan pemisahan sel- sel yang digores.
2. Metode cawan tuang
Cara lain untuk mempeeroleh biakan koloni murni dari populasi campuran mikroorganisme ialah dengan mengencerkan eksperimen dalam medium agar yang telah dicairkan dan didinginkan yang kemudian di cawankan. Karena konsentrasi sel- sel mikroba di dalam eksperimen pada umumnya tidak diketahui sebelumnya, maka pengenceran perlu dilakukan beberapa tahap sehingga sekurang- kurangnyya satu di antara cawan – cawan tersebut mengandung koloni- koloni terpisah baik di atas permukaan maupun di dalam agar. Metode ini memboroskan waktu dan bahan namun tidak memerlukan keterampilan yang terlalu tinggi.
Proses pemisahan/pemurnian dari mikroorganisme lain perlu dilakukan karena semua pekerjaan mikrobiologis, misalnya telaah dan identifikasi mikroorganisme, memerlukan suatu populasi yang hanya terdiri dari satu macam mikroorganisme saja. Teknik tersebut dikenal dengan Isolasai Mikroba. Terdapat berbagai cara mengisolasi mikroba, yaitu (Admin, 2008) :
1) Isolasi pada agar cawan
Prinsip pada metode isolasi pada agar cawan adalah mengencerkan mikroorganisme sehingga diperoleh individu spesies yang dapat dipisahkan dari organisme lainnya. Setiap koloni yang terpisah yang tampak pada cawan tersebut setelah inkubasi berasal dari satu sel tunggal. Terdapat beberapa cara dalam metode isolasi pada agar cawan, yaitu: Metode gores kuadran, dan metode agar cawantuang.Metode gores kuadran. Bila metode ini dilakukan dengan baik akan menghasilkan terisolasinya mikroorganisme, dimana setiap koloni berasal dari satusel.
Metode agar tuang. Berbeda dengan metode gores kuadran, cawan tuang menggunakan medium agar yang dicairkan dan didinginkan (50oC), yang kemudian dicawankan. Pengenceran tetap perlu dilakukan sehingga pada cawan yang terakhir mengandung koloni-koloni yang terpisah di atas permukaan/di dalamcawan.
2) Isolasi pada medium cair
Metode isolasi pada medium cair dilakukan bila mikroorganisme tidak dapat tumbuh pada agar cawan (medium padat), tetapi hanya dapat tumbuh pada kultur cair. Metode ini juga perlu dilakukan pengenceran dengan beberapa serial pengenceran. Semakin tinggi pengenceran peluang untuk mendapatkan satu sel semakin besar.
3) Isolasi sel tunggal
Metode isolasi sel tunggal dilakukan untuk mengisolasi sel mikroorganisme berukuran besar yang tidak dapat diisolasi dengan metode agar cawan/medium cair. Sel mikroorganisme dilihat dengan menggunakan perbesaran sekitar 100 kali. Kemudian sel tersebut dipisahkan dengan menggunakan pipet kapiler yang sangat halus ataupun micromanipulator, yang dilakukan secara aseptis.
















BAB III
METODOLOGI
III. 1 Alat
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah cawan petri, bunsen, enkas, ikubator, ose dan mikropipet.
III.2 Bahan
Bahan yang dipergunakan pada percobaan ini adalah Biakan Escherichia coli, Biakan Staphylococcus aureus, biakan Lactobacillus, Larutan tanah, medium nutrient agar padat, aquadest, spiritus, alkohol, swab dan korek api
III.3 Cara Kerja
Adapun cara kerja dari percobaan ini adalah :
1. Isolasi mikroba di sekitar kita
- Cawan petri yang berisi medium NA diberi label masing- masing sesuai perlakuan.
- Kemudian dengan menggunakan swab, mengambil kotoran gigi, kotoran belakang leher, dan kotoran kulit kepala.
- Sebelum dilakukan pengerjaan dalam enkas, terlebih dahulu mensterilkan tangan dengan menggunakan alkohol 70%.
- Setelah itu masing- masing sampel dimasukkan ke dalam cawan petri yang telah berisi medium NA.
- Melidahapikan mulut/ pinggir cawan petri dengan maksud agar bakteri yang melekat mati.
- Kemudian membungkus cawan petri dengan menggunakan kertas lalu menginkubasi ke dalam inkubator selama 24- 48 jam. Mengamti perubahan yang terjadi.
2. Isolasi mikroorganisme dari substrak cair
- Cawan petri yang berisi medium NA diberi label masing- masing sesuai perlakuan. Lalu memasukkannya kedalam enkas bersama dengan Biakan Escherichia coli, Staphylococcus aureus, dan Lactobacillus pada media cair.
- Sebelum melakukan pengerjaan dalam enkas, terlebih dahulu mensterilkan tangan dengan mengunakan alkohol 70%.
- Mengambil masing- masing biakan bakteri dengan menggunakan mikropipet sebanyak 0,1 mL, lalu diratakan pada permukaan medium sesuai dengan label.
- Melidahapikan mulut/ pinggir cawan petri dengan maksud agar bakteri yang melekat mati.
- Kemudian membungkus cawan petri dengan menggunakan kertas lalu menginkubasi ke dalam inkubator selama 24- 48 jam. Mengamti koloni yang tumbuh.



3. A. Isoalsi dengan cara penuangan
- Cawan petri steril, masing- masing diberi label sesuai perlakuan lalu meletakkan di dalam enkas bersama dengan medium NA yang cair.
- Sebelum melakukan pengerjaan dalam enkas, terlebih dahulu mensterilkan tangan dengan mengunakan alkohol 70%.
- Mengambil masing- masing biakaan bakteri dengan menggunakan mikropipet sebanyak 1 mL.
- Melidahapikan cawan petri terlebih dahulu kemudian memasukkan biakan bakteri ke dalam cawan petri steril lalu menuangkan medium NA cair.
- Menutup cawan petri kemudian melidahapikan dann menggoyangkan dengan cara memutar agar merata.
- Medium setelah padat lalu menginkubasi sdelama 24- 28 jam dengan posisi terbalik pada suhu 37°C.
B. Isolasi dengan cara taburan
- Cawan petri yang berisi medium NA masing- masing diberi label sesuai perlakuan,lalu meletakkannya di dalam enkas.
- Sebelum melakukan pengerjaan dalam enkas, terlebih dahulu mensterilkan tangan dengan mengunakan alkohol 70%.
- Dengan menggunakan ose lurus, mengambil biakan bakteri lalu menaburkannya di atas medium NA padat secara merata.
- Menutup cawan petri lalu melidahapikan dan membungkus dengan kertas, menginkubasi selama 24-28 jam dengan posisi terbalik pada suhu 37°C.
4. Isolasi mikroorganisme dari substrak padat
- Memasukkan cawa petri steril ke dalam enkas, kemudian sebelum melakukan pengerjaan dalam enkas, terlebih dahulu mensterilkan tangan dengan mengunakan alkohol 70%.
- Mengambil larutan tanah yang telah homogen dengan menggunakan mikropipet lalu memasukkannya ke dalam cawan petri steril lalu menuangkan medium NA.
- Menutup cawan petri lalu melidahapikan dan membungkus dengan kertas, menginkubasi selama 24-28 jam dengan posisi terbalik pada suhu 37°C.
5. Isolasi bakteri dari kultur campuran
- 4 buah tabung rreaksi yang masinng- masing berisi 2 medium agar tegak dan 2 medium agar mirig dimasukkan ke dalam enkas, setelah diberi label.
- Sebelum melakukan pengerjaan dalam enkas, terlebih dahulu mensterilkan tangan dengan mengunakan alkohol 70%.
- Dengan menggunakan ose lurus, mengambil biakan bakteri lalu menusukkan ke dalam medium lalu di tutup.
- Dengan menguunakan ose bulat, mengambil biakan bakteri dan masing- masing digoreskan secara zig- zag pada medium agar miring lalu di tututp
- Membungku tabung reaksi dengan kertas dan menginkubasinya selama 24- 72 jam dan mengamati masing- masing perbedaannya.

Pembahasan
1. Isolasi mikroba disekitar kita
Pada percobaan isolasi mikroba di sekitar kita, digunakan medium NA (Nutrient Agar) dengan mengisolasi mikroba yang berasal dari kiotoran giggi, kotoran kulit kepala, dan kotoran belakang lehet. Setelah melakukan pengerjaan dan di inkubasi selama 24- 28 jam di inkubator, diperoleh hasil bahwa cawan petri yang berisi mikroba dari kotoran kulit kepala berjumlah 21 koloni, memiliki dua macam bentuk koloni yaitu berbentuk circular (bulat) dengan tipe entire dan berbentuk irregular ( tidak beraturan) dengan tipe lobate. Warna kedua koloni putih dan memiliki permukaan convex (cembung).
Cawan petri yang berisi mikroba dari kotoran belakang leher berjumlah 24 koloni memiliki dua macam bentuk koloni yaitu filamentous. Warna kedua koloni putih dan memiliki permukaan raised.
Cawan petri yang berisi kotoran gigi berjumlah 26 koloni memiliki bentuk koloni circular (bulat) dengan tepi entire. Warna koloni putih dan permukaan convex.
2. Isolasi mikroba dari substrat cair
Pada percobaan isolasi mikroba dari substrat cair, dilakukan dengan metode tuang dan metode tabur menggunakan bakteri Escherichia coli. Setelah melakukan pengerjaan dan diinkubasi selama 24- 48 jam di inkubator, isolasi mikroba dengan metode tabur terdapat 8 koloni bakteri dengan bentuk irregukar, memiliki bentuk tepi lobate dan permukaan raised. Warna koloninya putih kehijauan.
Isolasi mikroba dengan metode tuang, bakteri yang berkoloni jumlahnya tidak bisa untuk dihitung (TBUD), bentuk bakteri,tepi, serta permukaannya tidak jelas. Sedangkan warna bakteri putih.
3. Isolasi bakteri kultur campuran
Pada percobaan isolasi bakteri dengan kultur campuran, setelah dilamkukan pengerjaan dan diinkubasi selama 24- 48 jam di inkubator, terdapat 12 koloni bakteri dengan dua macam bentuk bakteri dengan tepi dan permukaan berbeda.
Pada koloni pertama bentuknya Circular dengan bentuk tepi entire dan permukaan raised. Pada koloni kedua bentuknya irregular dengan bentuk tepi lobate dan permukaan flat. Warna kedua koloni bakteri putih.
4. Medium agar tegak dan agar miring
Pada percobaan ini digunakan agar tegak dan agar miring dengan menggunakan bakteri Escherichia coli. Setelah dilakukan pengerjaan dan di inkubasi selama 1-2 x 24 jam, pertumbuhan bakteri pada medium agar tegak berbentuk villous sedangkan pertumbuhan bakteri pada medium agar miring berbentuk beaded.










BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh dari percobaan ini adalah :
1. Isolasi mikroba di sekitar kita, didapatkan ciri- ciri koloni berupa :
- Bentuk : Circular, irregular, dan rhizoid
- Warna : putih
- Tepi : Entire, lobate, Filamentous
- Permukaan : Convex, dan raised
2. Isolasi mikroba dari substrak cair, di dapatkan ciri- ciri koloni berupa :
- Bentuk : Irregular
- Warna : Putih, dan putih kehijauan
- Tepi : lobate
- Permukaan : Raised
3. Isolasi kultur campuran, di dapatkan ciri- ciri koloni berupa :
- Circular, dan irregular
- Warna : Putih
- Tepi : Entire, dan lobate
- Permukaan : Raised dan flat
V.2 Saran
Saran saya, sebaiknya peralatan di laboratorium yang rusak diperbaiki atau digantikan dengan yang baru terutama mikroskopnya.


DAFTAR PUSTAKA
Admin., 2008, http://www.ubb.ac.id/menulengkap.php?judul=Sejarah- Perkembangan-Mikrobiologi. Diakses pada tanggal 08 maret 2009, Makassar.
Dwidjoseputro, S., 1992, Mikrobiologi Pangan, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Ferdias, S., 1992, Mikrobiologi Pangan, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Lay, B., 1994, Analisis Mikroba di Laboratorium, Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Pelczar, Michael, J., 1986, Dasar- Dasar Mikrobiologi, Universitas Indonesia, Jakarta.

TeNtanG DiRiQ_

My photo
I’m collage in Hasanuddin University Fakultas MIPA Biology