Monday, August 10, 2009

UJI SANITASI LINGKUNGAN

BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Udara di dalam suatu ruangan dapat merupakan sumber kontaminasi mikroba. Udara tidak mengandung mikroflora secara alami, tetapi kontaminasi dari lingkungan disekitarnya mengakibatkan udara mengandung berbagai mikroorganisme, misalnya dari debu, air, proses aerasi, dari penderita yang mengalami infeksi saluran pencernaan, dari ruangan yang digunakan dalam fermentasi dan sebagainya. Mikroorganisme yang terdapat di udara biasanya melekat pada bahan padat, misalnya debu, atau terdapat dalam droplet air (Gobel, 2008).
Kontaminasi oleh mikroorganisme dapat terjadi setiap saat dan menyentuh setiap permukaan seperti tangan atau alat (wadah). Oleh karena itu sanitasi lingkungan sangat perlu untuk diperhatikan terutama yang akan bekerja dalam bidang mikrobiologi atau pengolahan produk makanan atau Industri (Gobel, 2008).
Berdasarkan hal tersebut di atas maka dilaksanakanlah percobaan tersebut untuk mengetahui uji sanitasi lingkungan mengenai cara uji kontaminasi udara, tangan, serta kebersihan alat laboratorium.






I.2 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah :
1. Untuk mengetahui cara uji kontaminasi
2. Untuk mengetahui cara uji kebersihan tangan udara
3. Untuk mengetahui cara uji kebersihan alat
I.3 Waktu dan Tempat Percobaan
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu, 11 Maret 2009, pukul 14.00-17.30 WITA dan bertempat di Laboratorium Mikrobiologi, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar.














BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Udara di dalam suatu ruangan dapat merupakan sunber kontaminasi udara. Udara tidak mengandung mikroflora secara alami, akan tetapi kontaminasi dari lingkungan sekitar mengakibatkan udara mengandung berbagai mikroorganisme, misalnya debu, air, proses aerasi, dari penderita yang mengalami infeksi saluran pencernaan dan dari ruangan yang digunakan untuk fermentasi. Mikroorganisme yang terdapat dalam udara biasanya melekat pada bahan padat, misalnya debu atau terdapat dalam droplet air (Volk dan Whleer, 1984).
Kehidupan bakteri tidak hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan akan tetapi juga mempengaruhi keadaan lingkungan. Misalnya bakteri termogenesis menimbulkan panas di dalam media tempat ia tumbuh. Bakteri dapat pula mengubah pH dari media tempat ia hidup, perubahan ini disebut perubahan secara kimia (Lay, 1992).
Udara mengandung campuran gas-gas yang sebagian besar terdiri dari Nitrogen (N2) 23%, Oksigen (O2) 21 % dan gas lainnya 1%. Selain gas juga terdapat debu, kapang, bakteri, khamir, virus dan lain-lain. Walaupun udara bukan medium yang baik untuk mikroba tetapi mikroba selalu terdapat di udara. Adanya mikroba disebabkan karena pengotoran udara oleh manusia, hewan, zat-zat organik dan debu. Jenis-jenis mikroba yang terdapat di udara terutama jenis Bacillus subtilis dapat membentuk spora yang tahan dalam keadaan kering (Pelczar, 1988).
Jumlah mikroba yang terdapat di udara tergantung pada aktivitas lingkungan misalnya udara di atas padang pasir atau gunung kering, dimana aktivitas kehidupan relatif sedikit maka jumlah mikroba juga sedikit. Contoh lain udara di sekitar rumah, pemotongan hewan, kandang hewan ternak, tempat pembuangan sampah maka jumlah mikroba relatif banyak (Pelczar, 1988).
Banyak penyakit yang disebabkan oleh bakteri patogen yang ditularkan melalui udara, misalnya bakteri penyebab tubercolosis (TBC) dan virus flu yang dapat ditularkan melalui udara pernapasan. Beberapa cara yang digunkan untuk membersihkan udara yaitu (Volk dan Wheeler, 1984) :
1. Menyiram tanah dengan air sehingga mengurangi debu yang berterbangan.
2. Menyemprot udara dengan desinfektan sehingga udara berkurang mikrobanya
3. Dengan radiasi sinar ultraviolet.
Udara tidak mempunyai flora alami, karena organisme tidak dapat hidup dan tumbuh terapung begitu saja di udara. Flora mikroorganisme udara terdiri atas organisme yang terdapat sementara mengapung di udara atau terbawa serta pada partikel debu. Setiap kegiatan manusia agaknya akan menimbulkan bakteri di udara. Jadi, walaupun udara tidak mendukung kehidupan mikroorganisme, kehadirannya hampir selalu dapat ditunjukkan dalam cuplikan udara (Volk dan Wheeler, 1984).
Mikroorganisme disemburkan ke udara dari saluran pernapasan sehingga organisme-organisme tersebut mendapat perhatian utama sebagai jasad penyebab penyakit melalui udara. Beberapa diantara infeksi bakteri biasa yang disebarkan oleh udara adalah infeksi streptococus tonsil dan tenggorokan, difteria, batuk rejam dan meningitis epidermik. Tuberculosis mempunyai arti penting dari segi transpor udara, karena mikroorganisme dapat hidup lama di luar tubuh. Organisme initahan terhadap kekeringan dan mungkin tetap bertahan berbulan-bulan dalam ludah kering dan pertikel debu (Volk dan Wheeler, 1984).
Tingkat pencemaran udara di dalam ruangan oleh mikroba dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti laju ventilasi, padat orang dan sifat serta saraf kegiatan orang-orang yang menempati ruangan tersebut. Mikroorganisme terhembuskan dalam bentuk percikan dari hidung dan mulut selama bersin, batuk dan bahkan bercakap-cakap titik-titik air terhembuskan dari saluran pernapasan mempunyai ukuran yang beragam dari mikrometer sampai milimeter. Titik-titik air yang ukurannya jatuh dalam kisaran mikrometer yang rendah akan tinggal dalam udara sampai beberapa lama, tetapi yang berukuran besar segera jatuh ke lantai atau permukaan benda lain. Debu dari permukaan ini sebentar-sebentar akan berada dalam udara selama berlangsungnya kegiatan dalam ruangan tersebut (Pelczar, 1988).
Flora mikroba di lingkungan mana saja pada umumnya terdapat dalam populasi campuran. Boleh dikatakan amat jarang mikroba dijumpai sebagai satu spesies tunggal di alam. Untuk mencirikan dan mengidentifikasi suatu spesies mikroorganisme tertentu, pertama-tama spesies tersebut harus dapat dipisahkan dari organisme lain yang umum dijumpai dalam habitatnya, lalu ditumbuhkan dalam biakan murni (Bonang, 1982).
Flora mikroba yang terdapat di lingkungan alamiah merupakan penyebab banyak sekali proses biokimia, yang pada akhirnya memungkinkan kesinambungan kehidupan sebagaimana yang kita kenal dimuka bumi ini. Mikroorganisme misalnya merupakan penyebab terjadinya mineralisasi di dalam tanah dan perairan, yaitu proses pembebasan unsur-unsur dari senyawa-senyawa molekuler organik yang kompleks sehingga menjadi tersedia bagi kehidupan tanaman yang baru, yang pada gilirannya menunjang kehidupan hewan baru (Bonang, 1982)..
Setiap spesies mikroorganisme akan tumbuh dengan baik dalam lingkungannya hanya selama kondisinya menguntungkan bagi pertumbuhannya dan mempertahankan dirinya. Begitu terjadi perubahan fisik atau kimia, seperti misalnya habisnya nutrien atau terjdi perubahan radikal dalam hal suhu atau pH yang membuat kondisi bagi pertumbuhan spesies lain lebih menguntungkan, maka organisme yang telah beradaptasi dengan baik di dalam keadaan lingkungan terdahulu terpaksa menyerahkan tempatnya kepada organisme yang dapat beradaptasi dengan baik di dalam kondisi yang baru itu (Pelczar, 1988).
Kontaminasi oleh mikroorganisme dapat terjadi setiap saat dan menyentuh permukaan setiap tangan atau alat. Dengan demikian sanitasi lingkungan sangat perlu diperhatikan terutama yang bekerja dalam bidang mikrobiologi atau pengolahan produk makanan atau industri (Volk dan Wheeler, 1984).
Sanitasi yang dilakukan terhadap wadah dan alat meliputi pencucian untuk menghilangkan kotoran dan sisa-sisa bahan, diikuti dengan perlakuan sanitasi menggunakan germisidal. Dalam pencucian menggunakan air biasanya digunakan detergen untuk membantu proses pembersihan. Penggunaan detergen mempunyai beberapa keuntungan karena detergen dapat melunakkan lemak, mengemulsi lemak, melarutkan mineral dan komponen larut lainnya sebanyak mungkin. Detergen yang digunakan untuk mencuci alat/wadah dan alat pengolahan tidak boleh bersifat korosif dan mudah dicuci dari permukaan (Volk dan Wheeler, 1984).
Proses sanitasi alat dan wadah ditunjukkan untuk membunuh sebagian besar atau semua mikroorganisme yang terdapat pada permukaan. Sanitizer yang digunakan misalnya air panas, halogen (khlorin atau Iodine), turunan halogen dan komponen amonium quarternair (Gobel, 2008).
Metode hitung cawan di dasarkan pada anggapan bahwa setiap sel yang dapat hidup akan berkembang menjadi satu koloni. Jadi jumlah koloni yang muncul pada cawan merupakan suatu indeks bagi jumlah organisme yang dapat hidup yang terkandung dalam sampel (Hadioetomo, 1990).
Metode yang dapat digunakan untuk menghitung jumlah mikroba dalam bahan pangan terdiri dari metode hitung cawan (Most probable Number) dan metode hitungan mikroskopik langsung. Dari metode-metode tersebut metode hitungan cawan paling banyak digunakan. Metode lainnya yang dapat digunakan untuk menghitung jumlah mikroba di dalam suatu larutan adalah metode turbidimetri. Tetapi metode ini sukar diterapkan pada bahan pangan, misalnya sari buah, biasanya mengandung komponen-komponen yang menyebabkan kekeruhan sehingga kekeruhan larutan tidak sebanding dengan jumlah mikroba yang terdapat di dalamnya (Dwijoseputro, 1987).













BAB III
METODE PERCOBAAN
III.1 Alat
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah erlenmeyer, cawan petri, inkubator, pipet skala, enkas, dan bunsen.
III.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah medium NA (Nutrient Agar), medium PDA (Potato Dextrose Agar), medium EMBA (Eosin Methylen Blue Agar), medium VJA (Vogel Johnson Agar), sabun antisepetik, alkohol 70%, dan kertas label.
III.3 Prosedur Kerja
Cara kerja pada percobaan ini adalah sebagai berikut:
A. Uji Kontaminasi Udara
1. Cawan petri yang berisi media Nutrient Agar dan Potato Dextrose Agar (telah disiapkan) diletakkan dalam suatu ruang tertutup dalam kondisi cawan petri terbuka.
2. Dibiarkan dalam keadaan terbuka selama 30menit.
3. Cawan ditutup dan diinkubasikan pada suhu 37oC selama 1-2 x 24 jam. Inkubasi dilakukan dengan posisi cawan terbalik.
4. Koloni yang tumbuh pada medium dihitung, kemudian dihitung densitas bakteri (pada Nutrient Agar) dan densitas khamir atau kapang (pada PDA). Densitas mikroba di udara adalah jumlah mikroba yang jatuh pada permukaan seluas satu kubik feet selama satu jam.
5. Densitas bakteri di udara:
Jumlah koloni per cawan x 60 menit/30 menit x 144 in2/luas cawan (in)
B. Uji Kontaminasi Tangan
1. Media EMBA dan VJUA disiapkan masing-masing sebanyak 2 cawan.
2. Tangan disentuhkan pada media EMBA dan VJA selama 5 detik. Cawan petri EMBA dan VJA disentuhkan pada tangan sebelum dicuci. Cawan petri EMBA danVJA yang laindisentuhkan pada tangan sesudah dicuci dengan sabun antiseptik.
3. Semua cawan diinkubasikan secara terbalik pada suhu 37oC selama 1-2 hari. Pertumbuhan mikroba tersebut diamati dan diperhatikan ada tidaknya koloni hitam pada VJA dan koloni hijau metalik dan merah muda pada EMBA.
C. Uji Kontaminasi Alat
1. Swab yang telah direndam dalam larutan NaCl 0,9% fisiologi disiapkan.
2. Swab diperas dengan cara ditekankan pada dinding tabung kemudian dipakai untuk menyeka permukaan luar tabung reaksi tersebut.
3. Selanjutnya diusapkan secara merata pada seluruh permukaan media cawan petri dan diinkubasi pada suhu 30oC selama 24 jam.
4. Jumlah koloni yang tumbuh pada permukaan cawan dihitung.

1. Uji Kontaminasi Udara
Pada percobaan uji kontaminasi udara, setelah diinkubasi selama 1-2 x 24 jam, medium Nutrien agar (NA) dan medium Potato Dekstrose Agar (PDA) di amati. Pada media Nutrien Agar ditemukan adanya koloni mikroba, hal ini membuktikan bahwa udara dalam suatu ruangan merupakan tempat pertumbuhan yang baik bagi mikroorganisme. Media Na merupakan media yang baik untuk menumbuhkan berbagai macam mikroba. Pada medium PDA tidak ditemukan adanya koloni mikroba. Densitas dari mikroba pada media NA dapat dihitung :
Jumlah koloni per cawan  60 menit/30 menit  144 in2
= 13  30  144
= 56.160
2. Uji Kebersihan tangan
Pada Uji Kebersihan tangan digunakan 2 macam media yaitu EMBA dan VJA.
- Media EMBA (Eosyn Methylen Blue Agar), merupakan media khusus yang digunakan untuk menumbuhkan bakteri koliform. Pada media ini digunakan 2 macam perlakuan yaitu :
a. Menyentuhkan Tangan Yang Sudah Di cuci
Pada media ini diberikan perlakuan dengan menyentuhkan tangan pada medium yang sebelumnya telah dicuci dengan sabun antiseptic. Berdasarkan pengamatan setelah 1  24 jam tidak ditemukan adanya koloni bakteri yang tumbuh. Hal ini terbukti bahwa sabun antiseptic dapat mrmrbersihkan tangan dari mikroba.
- Media VJA (Vogel Johnson Agar), merupakan media yang berfungsi untuk menumbuhkan bakteri Staphylococcus aureus. Pada media ini digunakan 2 macam perlakuan yaitu :
b. Menyentuhkan Tangan Yang Tidak Di Cuci
Pada media ini diberikan perlakuan dengan menyentuhkan tangan pada media yang sebelumnya tidak dicuci. Berdasarkan pengamatan tidak sitemukan adanya koloni bakteri, hal ini tidak sesuai dengan fakta yamh menyatakan bahwa banyak bakteri yang terdapat pada tangan khususnya yang tidak dicuci.
a. Menyentukan tangan yang sudah dicuci
Pada perlakuan ini setelah pengamatan ditemukan adanya koloni bakteri. Hal ini tidak sesuai dengan fakta yamg menyatakan bahwa setelah mencuci tangan dengan sabun antiseptic akan membersihkan tangan dari mokroba. Mikroba yang tumbuh mungkin disebabkan oleh air yang digunakan untuk mencuci tangan tidak steril atau adanya kontaminasi udara.
a. Menyentuhkan Tangan Yang Tidak Di Cuci
Pada perlakuan ini setelah pengamatan ditemukan adanya 9 koloni bakteri yang tumbuh. Yakni koloni bakteri Staphylococcus aureus. Mikroba yang berada pada cawan tersebut berasal dari kontaminasi bakteri yang berasal dari udara.
3. Uji Kebersihan Alat
Pada uji kebersihan alat digunakan swab steril. Swab tersebut sebelum digunakan direndam terlebih dahulu dalam NaCl fisiologis 0,9 % yang berfungsi untuk mensterilkan alat tersebut. Kemudian swab tersebut digosokkan pada daerah disekitar tabung, swab yang telah digosokkan kemudian disentuhkan pada media Nutrien Agar (NA). Setelah diinkubasi selama 1  24 jam dan dilakukan pengamatan ditemukan adanya 9 koloni mikroba yang tumbuh. Hal ini disebabkan oleh adanya kontaminasi udara yang mengandung banyak mikroba yang masuk pada saat media NA dibuka, sebagaimana kita ketahui media NA merupakan media pertumbuhan yang baik untuk berbagai macam mikroba. Kontaminasi ini terjadi melalui udara atau karena sentuhan tangan manusia.



















BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh dari percobaan ini adalah :
- Banyak mikroba yang ada dalam udara. Hal ini terbukti dengan adanya koloni bakteri pada cawan petri.
- Alat laboratorium terkontaminasi oleh mikroba karena sentuhan tangan dan lewat udara. Hal ini terbukti dari adanya koloni bakteri pada cawan petri.
- Tangan kotor memiliki banyak mikroba dan dapat hilang setelah mencuci tangan dengan sabun antiseptik.
V.2 Saran
Saran saya, sebaiknya peralatan di laboratorium yang rusak diperbaiki atau digantikan dengan yang baru terutama mikroskopnya.










DAFTAR PUSTAKA

Bonang, G., 1982, Mikrobiologi kedokteran. PT Gramedia, Jakarta.
Dwijoseputro, 1989, Dasar-Dasar Mikrobiologi, Djambatan, Malang.
Gobel, B. Risco, dkk., 2008. Mikrobiologi Umum Dalam Praktek. Makassar : Universitas Hasanuddin.

Hadioetomo, R, S., 1990, Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek, Gramedia. Jakarta.
Lay, Bibiana, W., 1994, Analisis Mikroba di Laboratorium, Pt Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Pelczar, Michael W., 1994, Dasar-Dasar Mikrobiologi 1, UI Press, Jakarta.
Volk, Wesley, A., Margaret F. Whleer, 1998, Mikrobiologi Dasar, Erlangga, Jakarta.

No comments:

Post a Comment

TeNtanG DiRiQ_

My photo
I’m collage in Hasanuddin University Fakultas MIPA Biology